8 Fakta Di Balik Kesuksesan Moring (Cimol Kering) Khas Garut Melaju ke Pasar Dunia

Sandi Iswahyudi

moring cangkang kerang jajanan khas garut sandi iswahyudiSaya sangat senang dan bangga, ketika tahu bahwa kuliner daerah Indonesia, bisa mendunia. Apalagi di balik itu semua ada pemuda yang menggerakkannya.

Biasanya saya akan belajar darinya hingga membantu promosi usaha dia lewat tulisan.

Mengingat, saya tidak ingin warisan kuliner nusantara hilang atau diklaim negara lain. Seperti budaya kita yang tahun sebelumnya akan diklaim sama negara tetangga.

Motivasi yang sama—supaya kuliner daerah tidak hilang/diklain negara lain—juga dimiliki oleh Hafizh Al Ghifary. Hafizh adalah Co. Founder sekaligus pimpinan di bisnis cimol kering kemasan, dengan nama produknya Moring (Cimol Kering) Cangkang Kerang.

Di bawah bendera CV. Move On Dynasty, Hafizh yang saya wawancarai di stan Pameran Produksi Indonesia (PPI) di Surabaya 6-9 Agustus 2015 dan via email bulan ini (Oktober 2015) mengatakan hal yang sama, timnya memilih produk cimol sebagai bentuk melestarikan kuliner lokal Garut yang hampir tenggelam. Selain itu juga promosi kuliner lokal dan budaya Sunda ke kancah internasional.

Makanya dalam label produk Moring Cangkang Kerang, mereka menyisipkan, kujang sebagai senjata khas Sunda, yang dibawa oleh seorang raja.

“Kami melihat ini adalah peluang yang baik untuk membuka usaha, di samping terdapat misi sosial dan promosi kepada publik baik nasional-internasional. Bahwa moring sebagai salah satu kuliner khas Garut,” tutur Hafizh saat saya wawancarai via email.

Motivasi lainnya, menurut Hafizh, sampai detik ini, Indonesia belum mampu mempunyai produk unggulan nasional yang dapat bersaing di kancah internasional.

Oleh karena itu, Hafizh bercita-cita ingin menjadikan Moring Cangkang Kerang sebagai salah satu produk andalan nasional yang dapat mengekspansi hegemoni pasar dunia.

Bagaimana, hebat bukan cita-cita dari Hafizh dan tim CV. Move On Dynasty untuk menduniakan produk kuliner daerah.

Lebih lanjut di bawah ini saya paparkan delapan fakta tentang cimol yang akhirnya bisa masuk ke pasar dunia, lewat CV. Move On Dynasty.

Berikut delapan fakta menariknya.

Fakta pertama, berasal dari keluarga 3C

Saya baru tahu kalau ternyata cimol berasal dari keluarga 3C, yaitu cilok, cireng, dan cimol. Ketiganya sama-sama terbuat dari tepung kanji, namun memiliki penyajian yang berbeda-beda.

Kutip dari fokusjabar.com, kuliner cilok, cireng, dan cimol  memiliki penyajian yang berbeda-beda.

Kalau cilok (aci/tepung kanji dicolok), makanan ini direbus dan diisi dengan daging, lalu dibentuk bulat seperti bakso. Memiliki tesktur yang lebih kenyal dan lembut.

Penyajiannya direbus, kemudian ditusuk dengan bambu panjang yang kecil. Dimakan dengan bumbu kacang, saos pedas, atau kecap. Cocok disantap saat masih panas atau dingin.

Sedangkan cireng (aci digoreng) yaitu, adonan tepung kanji dibumbui lalu digoreng kering. Bumbunya sendiri bervariasi, tergantung dari inovasi penjual.

Lain halnya dengan cimol (aci digemol). Cimol memiliki perpaduan antara cilok dan cireng. Berbentuk bulat seperti cilok namun berasa cireng.

Lebih jauh, kalau saya baca di cnnindonesia.com, cimol sendiri proses pembuatannya tepung kanji dibulat-bulatkan kemudian digoreng.

Setelah itu ditaburi dengan bermacam bumbu bubuk dengan berbagai rasa, bisa keju, jagung, pedas, atau asin. Cimol sedap dikonsumsi saat masih panas dan memiliki rasa yang kenyal serta gurih.

Makanan ini banyak ditemui di penjual kaki lima. Biasanya saya menemukan di depan sekolah/universitas, tempat mengaji, perkampungan, hingga pusat-pusat keramaian.

Fakta kedua, kenaikan pangkat cimol, dari kuliner pinggir jalan, online shop hingga ke ranah internasional

Masih dari situs yang sama, cnnindonesia.com, cimol dapat ditemui di penjual kaki lima/di pinggir jalan. Biasanya berjualan di depan sekolah atau universitas.

Saya dan adik biasanya menemukan saat di sekolah, tempat mengaji, pusat-pusat keramaian hingga diperkampungan.

Kalau saya perhatikan saat makan cimol ketika dibawakan adik, dari tempatnya sekolah. Saya merasa cimol tidak akan mampu ke ranah internasional.

Sebab kemasannya pakai plastik dan tidak menarik. Kemudian jika dingin rasanya sudah tidak enak dan sedap.

Tapi prasangka ini hilang, ketika saya mengunjungi stan Moring Cangkang Kerang di PPI 2015, dan bertemu dengan Hafizh.

Hafizh saat saya temui mengatakan, jika produknya telah dipasarkan ke berbagai tokoh nasional-internasional.

Banyak tokoh nasional yang telah merasakan produk Moring Cangkang Kerang dan suka. Di ASEAN pun demikian, khususnya Filipina dan Malaysia.

Sedangkan nasional, kata dia, sementara masih di Jabodetabek, Jatim, dan Jateng, melalui reseller di kampus-kampus negeri/swasta hingga online shop.

Kemudian saat minggu kemarin (Oktober 2015) saya wawancarai kembali via email, Hafizh mengatakan jika sekarang pihaknya juga mencoba merambah ke pasar Vietnam. Selain itu juga sudah memiliki distributor di Surabaya.

Ketika saya ketikkan nama dengan kata kunci Moring Cangkang Kerang, saya langsung tahu jika produk ini telah dijual di Tokopedia, cipika.co.id, dan rakuten.co.id

Salah satu kekuatan yang menjadikan moring mampu melaju ke pasar dunia. Karena konsep hingga kemasan yang berbeda, unik, kreatif, higienis, serta rasa yang sedap.

Fakta ketiga, tokoh nasional hingga internasional telah merasakan moring

Fakta ketiga memberikan pelajaran tentang pentingnya membangun silaturrahim dan terus memperbaiki kualitas produk.

Hafizh dan tim telah merasakan manfaatnya, produknya telah dirasakan oleh tokoh-tokoh nasional-internasional.

Seperti Mantan Dubes Indonesia untuk Amerika, yaitu Dino Patti Djalal, Dubes Cina saat acara kuliah umum di kampusnya, Rene Suhardono, dan Wempy Dycoto Kota seorang Indonesia’s International Chairman, CEO, Venture Capitalist, Mentor and Speaker.

Fakta keempat, dari hanya bisa dikonsumi saat masih panas hingga kapan saja

Saya beberapa kali juga merasakan cimol dalam kondisi dingin, yang dibawakan oleh adik dari sekolah. Namun rasanya kurang enak, walaupun bumbunya pedas.

Padahal saya juga suka dengan makanan yang pedas.

Kemudian saya tahu, kalau ternyata cimol ini, lebih enak dan sedap dikonsumsi saat masih panas. Rasa kenyal, gurih, dipadu dengan bumbu yang pedas menjadi satu rasa yang nikmat dan bikin ketagihan.

Lewat inovasi yang ditemukan oleh Hafizh dan tim, menjadikan cimol dapat dikonsumsi kapan saja dan di mana saja. Cimol tersebut dijadikan seperti keripik, dengan rasa pedas, gurih, dan renyah. Ditambah dengan kemasan yang berwarna merah cerah dan mencolok.

Kelebihannya kalau produk dikemas dengan warna mencolok, akan mudah ditemukan oleh konsumen.

Alhasil dengan inovasi yang diberikan, cimol yang dahulunya bisa dirasakan kondisi tertentu saja. Sekarang hingga kedepan, cimol bisa dinikmati kapan saja dan di mana saja.

Fakta kelima, moring tidak terbuat dari cangkang kerang

Fakta ini saya dapat saat Agustus kemarin ke stan Moring Cangkang Kerang di PPI 2015.

Saat pertama membaca nama produknya, hal pertama yang terbersit adalah makanan ringan yang terbuat dari cangkang dengan bentuk yang demikian pula.

Ternyata asumsi saya tidak sepenuhnya tepat. Lebih tepatnya, moring dibentuk seperti cangkang. Di dalam bahannya, tidak ada campuran cangkang.

Bahannya pun terbuat dari tepung, dan bukan dari singkong. Serta moring bebas dari vetsin.

Moring Cangkang Kerang terbuat dari campuran tepung, kemudian diolah sedemikian rupa sehingga bentuknya menyerupai kerang dan renyah. Ketika saya lihat, moringnya tipis dan keras. Sehingga saat saya gigit, renyah.

Saat kemarin ada pengunjung ke stan Moring Cangkang Kerang dan mencoba produknya. Mereka langsung mengira kalau terbuat dari singkong. “Ini dari singkong ya mas, soalnya renyah?”

Keren bukan? Kalau dari singkong sudah banyak yang tahu bisa renyah. Tapi kalau dari tepung? Silahkan membuktikan sendiri kerenyahan moring ini.

Fakta keenam, moring pernah mengalami kerugian sekitar 25-30 juta rupiah

Hafizh S1 mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Al-Azhar Indonesia menceritakan kepada saya tentang perjuangannya membangun bisnis moring.

Awal berdirinya moring telah masuk ke sekitar 50 toko oleh-oleh di Garut dan Bandung. Namun dalam prosesnya, Hafizh mengalami kerugian yang cukup besar sekitar 25-30 juta rupiah.

Baru ketika memasuki 2014, dengan belajar dari pengalaman dan para mentor. Hafizh mampu menaikkan omset, dan sekarang sebulan perusahaannya mendapatkan keuntungan lebih dari 5 juta.

Fakta ketujuh, moring memiliki beberapa investor untuk bisa bersaing di tingkat internasional

Persaingan di dunia internasional memang tidaklah mudah, butuh komitmen, dana besar hingga kreatifitas.

Terkait pendanaan, saat ini moring telah memiliki beberapa investor, di antaranya, dari teman SMA yang kerja di Net.TV, istri dari saudara sepupu yang menjadi presiden dari Ferrari Owner Club Indonesia, serta paman dari tim Hafizh, yaitu Ichwan.

Hasilnya, hingga sekarang moring terus berkembang dan memperbaiki diri. Agar cita-cita tim untuk menjadi salah satu produk unggulan Indonesia di pasar internasinal, bisa tercapai.

Fakta kedelapan, hafizh dan tim bertekad kuat sukses dan bisa membangun yayasan sekolah bisnis sendiri dan 100% gratis

Walaupun saat ini dan kedepan persaingan bisnis di Indonesia semakin sengit.

Namun fakta membuktikan, ketika bisnis berjalan bukan hanya sebatas untuk mencari kekayaan. Melainkan memberi kontribusi positif bagi banyak orang terutama orang bawah. Bisa dipastikan bisnis tersebut akan sukses dan terus berkembang.

Inilah yang akan dilakukan oleh Hafizh dan tim, dibawah bendera CV. Move On Dynasty.

Motivasi terkuat Hafizh berbisnis, untuk membahagiakan orang tua dan memberdayakan masyarakat sekitar, khususnya menengah bawah.

Saya berbisnis ini, berangkat dari kesedihan dan kemirisan melihat masih banyak kaum menengah ke bawah di tengah-tengah ibu kota Indonesia.

Khususnya di daerah bisnis dan pusat pemerintahan, yaitu Senayan, Jakarta Selatan. Oleh karena itu, sebagai pemuda saya ingin berkontribusi konkret bagi bangsa, salah satunya melalui usaha moring.

“Bisnis Moring Cangkang Kerang bukan hanya untuk kekayaan tim kami. Lebih dari itu, saya sudah merencanakan jangka panjang dari perusahaan ini, untuk membangun yayasan sekolah bisnis yang 100% gratis, khususnya bagi masyarakat bawah. Ini langkah kami, untuk ikut berperan serta menghasilkan pengusaha muda Indonesia,” papar Hafizh saat saya wawancarai via WA.

Harapan saya, semoga Moring Cangkang Kerang terus berkembang dan bisa meraih cita-citanya. Kemudian semoga kedepan akan muncul lagi, pengusaha-pengusaha muda yang bangga melestarikan kuliner daerahnya.

CV. Move On Dynasty

Produknya Moring Cangkang Kerang

  1. Kemasan premium rasa sambal balado ukuran 150 gr Rp 20.000,-
  2. Kemasan medium rasa BBQ, ayam bakar, original, keju dan jagung bakar ukuran 100 gr Rp 10.000,-

Baca juga:

Sandi Iswahyudi

Senang menulis sisi positif kehidupan dan berbagi catatan digital marketing. Memiliki usaha salah satunya jual Alquran grosir

Tags

20 pemikiran pada “8 Fakta Di Balik Kesuksesan Moring (Cimol Kering) Khas Garut Melaju ke Pasar Dunia”

  1. Heu…baru tahu saya…padahal Moring ini juga dijual di warung-warung. 1 Pcs nya 500 ada 25 gram mungkin. Tapi ya sekadar jajanan warung biasa. Branding, Kemasan, promosi, medsos, aktif di pameran ternyata bisa mengangkatnya ke kelas dunia ya…Dari harga aja bedanya berlipat-lipat. Salut+menginspirasi sekali…

    Balas
    • Iya mbak, dengan produk yang diberi sentuhan, terus branding, kemasan-aktif di berbagai acara membuat moring mulai dikenal dunia mbak

      Balas
  2. waaahh, ini jajanan aku waktu kecil. Inget banget dulu tiap istirahat beli cimol 😀
    sekarang udah naik level ya, ke tingkat internasional haha

    Balas
    • Hehe iya mbak. Alhamdulillah, dengan begini harapannya jajanan daerah tidak musnah. Dan kedepan banyak pemuda atau pengusaha yang melestarikan jajanan tradisional seperti ini

      Balas

Tinggalkan komentar

Open chat
Halo

Ada yang bisa dibantu?