Belajar Menulis dan Tertampar Oleh Guru

Sandi Iswahyudi

belajar menulis sandi iswahyudi bloggerIlmu itu bertingkat-tingkat, semakin diri ini masuk, semakin diri ini bodoh. Maka tak layak kapan pun diri ini sombong.

Titik.

Seperti pagi ini, diri ini kembali tertampar berulang-ulang oleh sang guru. Ketika diri ini belajar menulis dengan gaya bahasa halus. Atau jika saya boleh menyebutnya gaya bahasa model NLP.

Banyak kesalahan yang saya lakukan, tidak sedikit, dan menurut saya itu salah satu poin penting dari sebuah tulisan.

Memang jika dilihat dari sudut lain, tidak ada yang salah dengan tulisan saya. Jika saya melihat dari sudut jurnalistik atau blogger.

Namun bila dilihat dari sudut NLP, bahasa saya harus kembali dikemas. Supaya halus dan lebih ngena, diterima/merasuk ke pembaca.

Haa… saya kembali tertampar.

BACA JUGA: Khusus Kamu yang Mau Praktik! Berikut Cara Agar Kamu Bahagia Setiap Harinya

Bukan hanya satu, tapi banyak hahahaha.

Alhamdulillah, diri ini memang perlu tamparan, baik yang halus atau keras. Itu baik bagi diri.

Walau awalnya ada gejolak dalam diri, itu wajar manusiawi.

Tapi segera aku coba cegah agar tidak ditunggangi oleh nafsu sehingga gejolak itu berubah jadi buruk.

Caranya aku ubah sudut pandang dengan metode NLP yang kupelajari, ditambah dengan bismillah. Tanda bahwa aku berusaha dan berprasah padaNya, pemilik hati ini.

Alhamdulillah hati tenang. Bahkan gejolak dan hasrat untuk belajar, berproses dan berikan yang terbaik semakin menggelora.

Terima kasih diriku, yang mau ditampar-tampar.

BACA JUGA: 18 Blogger dari Berbagai Kalangan, Berbagi Manfaat, Tips-Trik Ngeblog Pada Mahasiswa Baru FPP UMM

Ini baik bagimu. Lihatlah selalu sudut lain.

Ketika diri ini ditampar oleh guru. Itu artinya guru perhatian dengan karya yang kau hasilkan. Jika tidak perhatian, pasti beliau tak akan hiraukan, apa yang kau kerjakan.

Ok?

Jadi ingatlah selalu untuk siap menerima tamparan. Terus jadikan tamparan itu membuat diri ini lebih baik lagi. Jadikan pengalaman ini pengingat, bahwa kau ada kekurangan dan tak layak untuk sombong, sampai kapan pun itu.

Jika kau sombong, pasti kau akan masuk dalam jurang kenistaan.

Ingat ini wahai diriku!

Menulis adalah salah satu cara untuk kamu memahami tentang ilmumu yang tak seberapa.

Menulis adalah cara untuk terus menampar diri, agar terus berproses.

Terima kasih guruku, yang selalu menampar untuk kembali ke jalan yang benar.

Diri ini jadi tahu, nikmatnya mengemas tulisan untukku sendiri dan orang lain.

Maka, tampar lagi aku…

Aku akan menerimanya.

Baca juga:

Sandi Iswahyudi

Senang menulis sisi positif kehidupan dan berbagi catatan digital marketing. Memiliki usaha salah satunya jual Alquran grosir

4 pemikiran pada “Belajar Menulis dan Tertampar Oleh Guru”

  1. Amin, Mas. Semoga jadi pemacu untuk lebih rajin lagi menulisnya. Menurut saya rasa puas dan bangga memang sangat berbahaya. Bisa membuat kita lupa diri dan tidak mawas. Padahal di atas langit masih ada langit. Dunia pun tak berputar di sekeliling kita saja. Ada orang lain. Banyak juga mereka yang lebih dari kita. Jujur, saya pun merasa tertampar dengan tulisan ini, haha. Rasanya saya sombong banget akhir-akhir ini, hehe. Jadi, terima kasih banyak untuk tulisan ini, hehe…

  2. sama-sama mas. tulisan ini hadir juga untuk mengingat diri ini. emang kalau sombong, sifat yang bahaya, jika kita gak hati2. bisa jatuh. semoga kita selalu terjaga dari sifat ini dan kawan2nya

Komentar ditutup.

Open chat
Halo

Ada yang bisa dibantu?