Jakarta itu?

Sandi Iswahyudi

Jakarta-itu-sandi-iswahyudi-

Bagaimana pendapatmu tentang kota ini?

Alhamdulillah kemarin saat mengikuti acara ASUS, Zenfinity 2017, saya menginjakkan kaki lagi ke Jakarta.

Bedanya, kali ini saya bisa berkeliling seharian ke beberapa lokasi. Jika sebelumnya, saya ke sini karena ada pelatihan dan pekerjaan, yang membuatnya tak bisa berkeliling.

Jadi, Jakarta itu … ?

Mungkin sudah banyak kata dipikiranmu yang berkecamuk ingin menumpahkan rasa. Ingin mengungkapkan seperti apa Jakarta itu. Iya gak?

Sebelumnya saya lebih banyak tahu tentang Jakarta lewat televisi/media pada umumnya. Menggambarkan sosok Jakarta yang ya … seperti itulah ya.

BACA JUGA: (+Video) Marketing Revolution: Jadi Kaya dan Menikah dengan Marketing

Tapi, kemarin Allah memberikanku kesempatan secara langsung untuk mengetahui sekilas tentang Jakarta.

Dan pagi ini, alhamdulillah Allah kasih kesempatan aku untuk menceritakan dan mengabadikannya lewat tulisan.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Bagiku Jakarta itu…

Macet

Waktu itu setelah dari Pullman Central Park, saya, Mas Pandu, Nuri, dan Mas Bai menuju halte busway melalui jembatan penyebrangan.

Ya jembatan ini menghubungkan satu tempat ke tempat yang lain. Menghindarkanku dari teriknya udara Jakarta, kemacetan, hingga memberikan sudut yang baik untuk berfoto.

Saat melewati jembatan penyebrangan aku melihat macetnya kendaraan, bangunan tinggi, dan manusia dengan masker.

Tak lama berjalan, keringat sudah mengucur, alhamdulillah waktu itu aku pakai kaos. Sehingga membuat diri agak nyaman menyusuri Jakarta di siang hari.

Waktu malam, saat naik gojek menuju salah satu mall untuk bertemu seorang teman. Saya mengobrol dengan seorang lelaki yang sudah berkeluarga, dan lama tinggal di Jakarta. Kata beliau yang saya tangkap, kalau orang baru ke Jakarta, mereka akan kaget dengan kondisi ini (macet), tapi bagi mereka yang sudah lama di Jakarta. Mereka akan menyadari kondisi ini, karena gak bisa berbuat apa-apa.

Banyak waktu di jalan

Dampak dari macet, tentu waktu yang terbuang di jalanan semakin banyak. Maka orang-orang Jakarta secara gak langsung dituntut untuk bisa menyiasati hal ini. Supaya waktu yang digunakan tidaklah sia-sia.

BACA JUGA: 100 Hari Keliling Indonesia: Percayakah Anda Indonesia itu Indah? Bacalah Buku Ini!

Saat kemarin saya naik busway dan kereta, saya lihat ada orang yang dia menghabiskan waktunya dengan bermain HP, mengobrol dengan teman, atau diam menembus jalanan.

Masih banyak oase

Walau Jakarta seperti di atas, masih banyak oase di tengah gurun. Banyak hal yang membuat Jakarta itu indah dan nyaman bagi sebagian orang. Saya kemarin masih menemukan senyuman, tawa, canda, dan ketulusan orang-orang. Saat naik gojek, saya mendapati keramahan dari sang sopir.

Tempat berharap

Ya, Jakarta akan selalu jadi tempat berharap untuk mengubah nasib orang-orang. Gambaran ini sepertinya tidak akan pernah luntur, mengingat sebagian besar perekonomian terpusat di Jakarta.

Tak hanya berbekal akal dan fisik

Jelas, dengan kondisi Jakarta yang seperti ini, seseorang tidak hanya berbekal akal dan fisik semata untuk bertahan hidup. Sebaiknya harus memiliki hati untuk menahkodai diri bagaimana untuk melangkah. Bagaimana untuk menjaga diri agar tetap berada di jalur yang benar, serta selalu menghadirkan kebahagiaan-kedamaian dalam diri, dalam segala kondisi.

Itu sih sekilas pandangan saya tentang Jakarta. Kalau kamu bagaimana?


Kemudian kemarin setelah acara Zenfinity 2017 selesai. Saya, Mas Bai, Mas Pandu, dan Nuri ke Kota Tua. Kemudian kami berpisah di penginapan, setelah itu saya lanjut ke Masjid Istiqlal, dan bertemu dengan teman.

Kota Tua Jakarta

Siang setelah sarapan dan check out di Pullman Central Park, kami berempat ke sisi kanan hotel untuk menuju ke lokasi halte busway. Rencana kami siang itu meluncur ke Kota Tua Jakarta.

Perjalanan kemarin sekitar dua jam lebih. Lewat perjalanan ini saya jadi merasakan langsung bagaimana macetnya Jakarta. Bagaimana aktivitas orang-orang ketika di busway. Bagaimana rasanya jalan kaki di siang hari melewati jembatan penyebrangan.

BACA JUGA: Pesona Soto Ayam Super Lamongan Kota Batu Sejak 1988: Sederhana, Sedang, dan Pelanggan Setia

Semua ini membuat saya bersyukur, bahwa ternyata jalan kaki di Malang masih nikmat daripada di Jakarta ?.

Saat sampai ke kawasan Kota Tua, bau arsitek Belanda terasa. Apalagi dengan persewaan sepeda dengan topi, khas kompeni. Di sini saya bisa menjumpai mobil kuno, kafe, dan banyak pengunjung yang bermain sepeda.

Sesampai di Kota Tua, saya tak langsung duduk. Tapi kami cari mushola untuk sholat dahulu. Alhamdulillah ternyata ada, dan lokasinya masih berada di kawasan Kota Tua. Hanya saja memang, tempatnya tidak seluas seperti di masjid-masjid.

Tapi alhamdulillah, masih bisa untuk sholat dahulu. Selesai sholat kami bersantai sejenak, baru kemudian Mas Bai dan Mas Pandu menyewa sepeda. Mereka bergantian bermain sepeda. Sedangkan saya, bersantai sambil mengabadikan momen.

Melihat mereka tersenyum dengan mengayuh sepeda rasanya senang ?. Sepertinya salah satu daya tarik Kota Tua adalah bersepeda ini. Ya walau biasa kedengarannya, tapi saat saya lihat sekilas wajah-wajah mereka, senyum dan tawa terlukis. Bahkan kemarin sempat saya memfotokan beberapa ibu-ibu yang berpose dengan sepeda yang disewanya.

https://www.instagram.com/p/BUS2tmrgc_2/

Terus jika kamu ke Kota Tua berikut dua tips, yang semoga bermanfaat buatmu.

Tips ke Kota Tua Jakarta

  1. Sebaiknya jangan bawa barang banyak jika ke Kota Tua. Bawa barang yang secukupnya, agar kamu nanti dalam bergerak mudah dan tidak repot. Kemarin Mas Bai alhamdulillah tidak jadi bawa kopernya ke sini. Hem… entah apa yang terjadi jika kopernya di bawa.
  2. Bawa air minum sendiri. Jika ingin hemat bawa makanan dan air minum sendiri lebih ok. Dikarenakan di sini, cuacanya panas, tahu sendirikan bagaimana cuaca Jakarta.

Masjid Istiqlal

Setelah dari Kota Tua, kami tak langsung meluncur ke destinasi berikutnya. Tapi kami lebih memilih untuk chek in di penginapan terlebih dahulu. Kami naik kereta api, kemudian grab.

Ah… alhamdulillah, lelah yang menjalar sedikit terobati dengan berebahan di tempat tidur.


Sore harinya, saya menuju ke Masjid Istiqlal menggunakan gojek, supaya lebih cepat dan harga terjangkau :D. Walaupun sebelumnya, teman-teman saya memberi tahu jika lokasinya jauh.

Tapi saya ingin ke sana, bismillah, dan sekitar sore jam 3an, saya berangkat. Alhamdulillah sampai lokasi, beberapa menit sebelum adzan Magrib berkumandang.

Masjid ini, menjadi saksi perjuangan kaum muslimin Indonesia bersatu untuk menuntut penista agama.

Melihat pertama kali masjid, saya langsung mengeluarkan smartphone Zenfone 3 untuk memotretnya. Kemudian saya menuju masjid, dan menyimpan sandal di tas. Jaga-jaga supaya aman dan tenang ibadahnya nanti. Saya di sini, sholat Magrib dan Isya.’

BACA JUGA: Spesifikasi Lengkap dan Hasil Foto Zenfone Zoom S yang Memukau dari Beberapa Negara

Saya merasakan pengalaman secara spiritual di masjid ini. Ada semacam rasa rindu yang terpuaskan, damai, tenang, dan keinginan diri untuk bisa menyusuri masjid-masjid di Indonesia-dunia.

Semoga saya dapatkan kesempatan ini kembali.

Pertemuan dengan teman

Kita hanya bisa merencanakan, Allah yang menentukan.

Sebenarnya saat di Jakarta kemarin, saya berencana bertemu dengan beberapa teman. Alhamdulillah walau banyak yang belum bisa, tapi ada satu teman yang bisa.

Kami bertemu di sebuah mall, lupa nama mall-nya ?. Lokasinya dari Masjid Istiqlal ke mall, ternyata tidak begitu jauh. Saya pun langsung memesan via gojek, sebab lebih mudah.

Berangkat pukul 7 malam, sampai lokasi sekitar pukul 8 lebih. Hehe, alhamdulillah kemarin macetnya gak parah, sebab bukan saat jam pulang kantor.

Kami ngobrol di mall sampai pukul 10. Setelah itu saya balik ke penginapan pakai gojek, sebab paginya saya sudah harus di bandara, untuk melakukan penerbangan ke Malang.


Alhamdulillah begitulah sedikit kisah saya di Jakarta, semoga bermanfaat ?. Terima kasih buat semuanya. Semoga esok kita bisa berjumpa lagi.

Di mana pun berada, bersyukurlah. Sebab itulah tempat terbaik yang Allah berikan untuk membuatmu lebih baik dari sebelumnya.

Baca juga:

Sandi Iswahyudi

Senang menulis sisi positif kehidupan dan berbagi catatan digital marketing. Memiliki usaha salah satunya jual Alquran grosir

18 pemikiran pada “Jakarta itu?”

  1. Masjid di Jakarta senantiasa menenangkan… Jika ke mangga 2, di belakang dusit mangga 2 ada masjid lama yang juga memiliki sejarah…

    Balas
  2. Senangnya bisa mengelilingi jakarta meski hanya sebagian sisi ya mas. Semoga sy juga ad kesempatan. Amiin.ngiler juga liat kota tua. Klo istiqlal sy udah pernah foto dan sholat subuh disana. Hihi

    Balas
  3. yess…jakarta memang macet tapi yang paling saya ingat adalah udaranya yang panas kalau keluar gedung, trus gedung tinggi, serta mal-mal besarnya

    Balas
  4. Dulu pas masih tinggal di Sby, pas main ke rumah tante di Jkt, tanteku bilang “Hidup di jkt itu asal tau jalannya, pasti betah.”

    Begitu nikah dan ternyata kejdian hidup di ibu kota, alhamdulilah betah2 hahaha 😛

    Balas
  5. Kesan pertama, sama. MACET. hahaha. Tapi setuju juga, Jakarta menawarkan banyak harapan dan peluang. Jakarta itu kayak American Dream nya Indonesia, I guess.

    Balas
  6. Jakarta itu memang macet dan panas, tapi tetap saja aku masih enggan untuk keluar dari kota ini. Kerlap kerlip lampu kota di malam harinya selalu aku rindukan, yang jarang aku temui di kota-kota lain. Semoga aja ke depannya akan perubahan lebih baik untuk jalanan Jakarta.
    Kemarin kita enggak bersua ya, Mas. Semoga di lain kesempatan bakal bersua.

    Balas
  7. semua ada di jakarta, mulai yg paling murah sampai yang paling mahal.. makanya semua pengen ke jakarta he.he..

    Balas

Tinggalkan komentar

Open chat
Halo

Ada yang bisa dibantu?