Tak Sekadar Merasakan Kuliner Es Tempo Dulu Pak Said Kota Batu

Sandi Iswahyudi

Kuliner Es Tempo Dulu kota batu sandi iswahyudi
Pak Said sedang memasrah es dengan gesitnya

Tak Sekadar Merasakan Kuliner Es Tempo Dulu Pak Said Kota Batu — Aku kate solat sek mas (Aku mau shalat dulu mas),” kata Pak Said penjual es yang letaknya di samping Masjid An-Nur Kota Batu.

Itulah perkataan yang saya ingat saat pertama kali beli es di Pak Said. Saat itu pas saya sampai di lapak beliau, adzan dhuhur berkumandang. Beliau bilang pada saya, “Aku kate solat sek mas.” Kontan serasa diri ini tertampar dan tertusuk begitu dalam.

Beliau seperti bicara pada saya, “Sandi kamu dipanggil Allah tuh.” Saya tak jadi membeli dan langsung menuju air wudhu untuk shalat. Setelah itu saya baru memesan es campur beliau. Enak, segar dan meresap dalam kerongkongan. Panas-panaskan enaknya minum es memang 🙂

Minggu (30/10) saya membeli lagi es campur beliau setelah shalat dhuhur.

Le dibongkos opo mangan kene (Nak dibungkus atau makan sini)?”

Ten mriki pak (di sini pak).”

Beliau dengan cekatan langsung meraciknya. Memasrah es dan berikan sentuhan akhir berupa siraman susu kental manis. Bisa susu cokelat atau putih.

BACA JUGA: Beragam Bonus Wisata Petik Stroberi di Kota Batu

Walau dengan tangan gemetar—tanda yang saya tahu, biasa terlihat pada mereka yang berusia lanjut—beliau masih ahli menyiapkan es terbaik buat pelanggan.

Kemudian saya beranikan tanya pada beliau. Bapak sudah berapa lama jualan ini? “62 tahun, sekarang mau 63 tahun,” katanya.

Berarti sekarang bapak umur berapa? “Ora apal (tidak hafal) mas, kalau gak lihat catetan. Yo kurang lebih 78.”

Wah keren beliau: inspiratif dan hebat. Perbincangan sederhana ini, memberikan banyak hikmah dan pelajaran. Bukan sekadar segarnya es.

Makanya pas, jika beliau menyebut esnya, “Es Tempo Dulu.” Isi esnya khas, ada roti yang dipotong kotak-kotak, kacang hijau, ketan hitam, susu kental manis, dll.

BACA JUGA: Taman Rekreasi Selecta Kota Batu, Si Tua yang Tak Menua

Dan tiap saya ke masjid, atau melewati lapak beliau. Selalu terlihat pembeli. Mulai dari yang muda, seperti anak sekolah sampai tua.

Kalau masalah rasa dengan harga Rp 5.000,- per porsi, pas dan ngangeninlah. Beliau telah mempunyai pelanggan sendiri.

Kemudian ditulisan ini saya juga ingin menceritakan tentang hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari beliau

Dua pelajaran dari Pak Said

Pertama seimbang

Hidup ini hanya sementara, yang abadi kehidupan selanjutnya. Hal yang saya ingat dari beliau, menutup lapak walau masih ada pembeli, jika adzan sudah berkumandang.

Ini pelajaran yang berharga, dan mungkin jarang kita temui dikehidupan sekitar. Dan kita harus membiasakan hal ini. Lebih memintangkan pemilik alam semesta dan akhirat, daripada dunia.

Sebab mau tidak mau, siap tidak siap, kita akan memasuki fase kematian, menuju kehidupan abadi.

Kedua kerja keras

Walau umurnya sudah usia lanjut, beliau masih tetap bekerja untuk menafkahi keluarga. Hal yang perlu untuk kita contoh. Apalagi dalam Islam, seorang suami yang berniat menafkahi keluarga mendapatkan pahala jihad.

BACA JUGA: 2 Kejutan dan 2 Fase Rafting di Sahabat Air Kota Batu, Berani?

Nilai seperti ini juga perlu untuk kita contoh. Sampai kapan pun jangan sampai meminta-minta, dan kita harus tetap kerja keras.

Jadi, kalau Anda ke Kota Batu di daerah Alun-alun Kota Batu jangan lupa mampir ke Es Tempo Dulu Pak Said.

Selamat menikmati 😀

Baca juga:

Sandi Iswahyudi

Senang menulis sisi positif kehidupan dan berbagi catatan digital marketing. Memiliki usaha salah satunya jual Alquran grosir

Tags

9 pemikiran pada “Tak Sekadar Merasakan Kuliner Es Tempo Dulu Pak Said Kota Batu”

  1. Wah saya baru tahu nih ada dagang es legendaris ini di Batu… fixlah kalau jalan kemari lagi mesti beli sekali di Pak Said. Sekalian ngobrol, biasanya orang-orang seperti Pak Said tahu bagaimana perubahan wajah alun-alun kota dari masa ke masa. Mungkin dulu ada sesuatu yang pernah eksis namun sekarang sudah hilang, atau sebaliknya. Tak sabar rasanya untuk bisa segera ke Batu dan mendengar kisah-kisah lawas tentang kota ini, hehe.

    Balas
    • wah tentu mas.. banyak wajah yang telah berubah mas. baik itu masjidnya, alun-alunnya dan lain-lain. Tentu kalau bincang-bincang sama beliau. Kita akan dapatkan banyak pelajaran dan sejarah. Ntar ditunggu ceritanya diblog mas

      Balas

Tinggalkan komentar

Open chat
Halo

Ada yang bisa dibantu?