Ada banyak cara untuk melangkah.
Ada banyak cara untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Ada banyak cara untuk melukis kehidupan.
Bisa dengan tersenyum, tertawa, menangis, diam, teriak, bicara lantang, atau bergerak dalam sunyi.
Apa pun itu ada banyak cara untuk menuju dan membuat sesuatu. Tak perlu risau dengan orang lain. Sebab kita diciptakan berbeda, dan masing-masing orang memiliki caranya sendiri untuk berkarya dalam hidup.
Apakah ada di antara Anda saat ini masih belum mengenal diri sendiri bagaimana berkarya? Jika iya, sudah saatnya Anda berhenti untuk melihat orang lain, lihatlah diri Anda sendiri. Anda akan temukan cara khas diri Anda.
Begitulah kesimpulan yang saya dapat dari acara Cangkrukan FIMalang (Forum Indonesia Muda Regional Malang) kemarin (Minggu, 21/8) di Kafe Komika Malang. Tema yang dibawakan oleh panitia, “Membangun Negeri Ala Anak Muda” pas dan sesuai dengan momen hari kemerdekaan.
BACA JUGA: 100 Hari Keliling Indonesia: Percayakah Anda Indonesia itu Indah? Bacalah Buku Ini!
Acara ini menghadirkan tiga pemuda yang berkarya lewat jalannya masing-masing: Eko Cahyono, Founder Perpusatakaan Anak Bangsa; Hadi Apriliawan, Direktur Susu Kejut Listrik; dan Nabila Firdausiyah & Tim Jodipan Malang.
Pertama Eko Cahyono, Founder Perpustakaan Anak Bangsa
Di tulisan ini saya tidak akan membicarakan tentang profil Perpustakaan Anak Bangsa, karena sudah dikenal secara nasional. Bahkan beliau sudah dapatkan bermacam penghargaan, salah satunya, Kick Andy Heroes.
Jika tertarik, Anda bisa melihat video singkatnya di bawah ini:
Ditulisan ini saya akan lebih bercerita tentang obrolan yang terjadi dan kontemplasi yang saya dapatkan dari melihat dan mendengar paparan dari Mas Eko.
“Saya cuma berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk orang sekitar?”
Itu adalah salah satu yang membuat beliau membuat Perpustakaan Anak Bangsa. Selain itu, beliau menceritakan pada kami, jika dirinya memang hobi baca buku.
Terus terang, saat sesi Mas Eko, saya sangat menikmati. Entah karena saya juga pecinta buku atau karena yang disampaikan beda dari yang lain.
Saya akan jabarkan di sini, agar Anda bisa menilai juga.
Jika saya berbicara tentang perpustakaan. Apa yang langsung terlintas dibenak Anda?
Di perpustakaan kita harus diam. Tidak boleh makan/minum. Masuk harus pakai kartu, pinjam harus catat. Dikembalikan sesuai sistem. Pinjam buku dibatasi. Jika mengembalikan buku lewat batas waktu, akan didenda.
Di perpustakaan bikin cepat tidur, karena suasananya diam sunyi. Dan bermacam pandangan lainnya tentang perpustakaan. Anda bisa menambahkan pandangan tentang perpustakaan di kolom komentar.
Semua hal di atas, ternyata tidak ada di Perpustakaan Anak Bangsa. Mas Eko membongkar itu semua. Beliau membuat sistem perpustakaan dapat diakses 24 jam. Semua orang bisa meminjam buku di sana. Tanpa bayar dan batas waktu. Semua orang bisa pinjam satu, dua, sepuluh/lebih dari itu.
BACA JUGA: 1 Budayawan dan 2 Pemuda Bicara Tentang Aksi Nyata Melestarikan Budaya Indonesia
Memiliki koleksi buku yang banyak, dan ada beberapa buku yang tidak dimiliki oleh perpustakaan pada umumnya. Di sana pengunjung bebas tertawa, teriak, dan bermain-main. Prinsip perpustakaan ini, membuat pengunjung senang dan nyaman.
Beliau bilang jika di perpustakaannya pengunjung bisa main play station, dakon, masak, sepak bola, bulu tangkis dan sebagainya.
“Di sana, juga saya sediakan play station. Anak-anak bisa bermain, asalkan baca buku dahulu. Main play station-nya 20 menit, baca bukunya satu jam, karena antre,” tuturnya pada kami dengan mimik wajah khasnya.
Ketika moderator menanyakan apa yang membuatnya konsisten. Beliau menjawab, “Banyak hal yang membuat saya konsisten sampai sekarang.”
Beberapa di antaranya, karena suka dan hobi baca buku. Banyak anggota tetap merasakan manfaat baca buku. Tiga di antaranya sebagai berikut:
Tiga cerita luar biasa tentang dampak membaca buku
Pertama ada orang penggangguran yang dia membaca buku tentang beternak kelinci, akhirnya dia memiliki peternakan kelinci yang memasok kebutuhan di Malang.
Kedua, ada seorang ibu yang diujung batas perceraian, karena belum memiliki anak. Kemudian si ibu membaca buku majalah perempuan, dan alhamdulillah sebelum hari H perceraiannya, sang ibu mengandung. Perceraian pun dibatalkan.
Cerita ketiga tidak kalah menyentuh, yaitu, di daerah beliau ada guru yang mau berhenti mengajar karena perbulan hanya dibayar Rp 300.000,-. Ia memutuskan ingin bekerja di pabrik rokok yang gajinya lebih besar.
Akhirnya saat meminjam buku, Mas Eko menyelipkan buku Laskar Pelangi. Beberapa hari setelahnya saat mengembalikan buku, si ibu guru masih tetap diprofesi tersebut.
Hem… luar biasa bukan dampak sebuah buku. Mampu mengubah sesuatu yang besar, hanya lewat lembaran-lembara kata.
“Sebenarnya masih banyak dukanya menjaga konsistensi Perpustakaan Anak Bangsa, tapi dari cerita tadi. Membuat saya tetap bertahan sampai sekarang,” tuturnya.
BACA JUGA: 5 Langkah Membuat Anak Gila Membaca Sejak Bayi Ala Mohammad Fauzil Adhim
“Saya pernah diusir dari rumah oleh orang tua. 1000 buku saya pernah dibakar oleh warga, dan perpustakaan saya pernah dirazia. Tapi saya tetap bertahan. Jika perpustakaan ini tutup, 8.000 orang (pembaca setia) mau baca di mana?”
Lewat perbicangan ini, saya mendapatkan satu poin yang membuka mata saya, yaitu, Indonesia bisa menjadi negara maju. Minat baca masyarakat itu tinggi. Yang membuat persentase minat baca buruk, karena masyarakat tidak ada akses ke sana.
“Semua orang itu sebenarnya mau baca ko, asalkan ada bukunya,” tegas Mas Eko.
Kedua Hadi Apriliawan, Direktur Susu Kejut Listrik
Pembicara yang tak kalah keren yaitu Hadi, lulusan UB yang sekarang memiliki perusahaan pengolahan susu: keju, yogurt, susu fermentasi, dan lain-lain.
Kisah menarik yang saya sajikan di sini, beliau dulu berangkat dari keprihatinan. Kuliah pas-pasan, tapi tak membaut beliau mundur, malah semakin memacu dirinya untuk bisa bertahan hidup.
Beliau kenal dengan aktivitas tulis menulis, membuat PKM, dan menemukan ide susu kejut listrik. Bedanya dari mahasiswa lain, beliau setelah PKM tersebut didanai, tidak berhenti di situ. Melainkan diimplementasikan dalam bisnis.
Kisah ini mungkin sudah biasa Anda dengar. Tapi ada poin inti yang membuat beliau bisa seperti ini. Yaitu tentang berbakti pada orang tua.
BACA JUGA: 18 Blogger dari Berbagai Kalangan, Berbagi Manfaat, Tips-Trik Ngeblog Pada Mahasiswa Baru FPP UMM
Beliau pernah ditipu oleh investor dengan total kerugian ratusan juta. “Saat itu saya ingin berhenti, jika ibu tidak menyarankan saya untuk memulainya lagi.”
“Nak, sabar dan ikhlaskan saja, insyaallah nanti akan ada ganti yang lebih baik. Sekarang kamu mulai lagi pelan-pelan,” tutur Mas Hadi mengulangi perkataan ibunya.
Beliau juga sudah pernah menghajikan kedua orang tuanya.
Ini menurut saya salah satu poin penting yang bisa kita ambil pelajaran dari Mas Hadi. Bahwa orang tua sangat menentukan sukses tidaknya kita.
Seperti kata Ippho Santosa dalam beberapa bukunya. Jika ingin sukses, maka dua bidadari harus mendoakan dan mendukung kita. Dua bidadari itu, istri dan ibu.
Saya juga pernah mendengar dari ustadz saya, jika ridha Allah bergantung dari ridha ibu.
Maka bersyukurlah bagi kita yang saat ini, masih memiliki ibu dan bapak. Berbaktilah pada mereka, niscaya kehidupan kita akan sukses, berkah, dan lancar.
Ketiga ‘Guys Pro’ Jodipan Malang
Ada yang tahu Jodipan? Wisata ngehits Malang saat ini, dengan perkampungan warna-warninya. Jika belum, luangkan sejenak untuk melihat video di bawah ini:
Poin yang saya baru tahu, jika perkampungan Jodipan ini, termasuk perkampungan kumuh di Malang. Warganya suka membuang sampah di Sungai Brantas.
Berkat sentuhan yang diberikan oleh Guys Pro (sekelompok mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UMM), sekarang perilaku warga di sana semakin baik. Mereka tidak lagi membuang sampah sembarangan, dan semakin peduli dengan perkampungannya.
Idenya berawal dari tugas kuliah. Saya suka dengan mereka, karena tugasnya bukan sekadar penggugur kewajiban dan hasilkan nilai baik saja. Tapi di sana ada kebermanfaatan riil untuk masyarakat.
Kunci keberhasilan dari Guys Pro mengenalkan Jodipan, yaitu, pada kekuatan jaringan dan sosial media. Lewat bantuan dari kampus, dan para alumni diberbagai media nasional, Jodipan pun cepat terkenal.
BACA JUGA: (+Video Animasi) Kelas Multikultural SMK Bakti Karya Parigi: Sekolah dan Asrama Gratis
Hikmah yang bisa kita petik. Saat ini dunia cepat untuk mengangkat/menjatuhkan sesuatu. Maka gunakan ini dengan sebaik-baiknya. Jangan menutup mata! Tapi bijaklah dalam memanfaatkannya.
Ketiga pemateri di atas kalau saya ambil benang merahnya, mereka memiliki komitmen yang kuat dengan apa yang mereka lakukan. Mereka tahu, kenapa melakukan ini. Menjadikan segala aral rintang, bisa mereka lalui.
Tidak ada kata mundur/lari dari medan perjuangan. Mereka terus maju, dan jalan keluar pun menyambut mereka dengan senyum.
Memang, kesuksesan itu pasti melewati rintangan, itu pasti, dan mereka sudah membuktikan. Setiap rintangan pasti ada jalan keluarnya. Juga mereka sudah buktikan.
Maka, saatnya kita membuat kesuksesan sendiri. Jangan ragu untuk melangkah dan berjuang!
Setiap orang mampu berkarya.
Setiap orang mampu sukses.
Setiap orang akan membuat jalannya sendiri-sendiri.
Berkaryalah sesuai dengan passion dan gaya Anda. Jangan meniru orang lain! Karena kita terlahir berbeda. Selamat berkarya!
Kampungnya beneran warna-warni! Keren banget kampung Jodipan ini~ 😀
yoi broo emang keren hehe. yang suka selfie bisa kemari