Menikmati Villa Habitat Hyarta di Yogyakarta, Seperti Rumah Sendiri — Sensasi itu sungguh luar biasa. Kenangan yang tak terlupakan, bisa merasakan rumah seharga empat milyar, dalam dua malam.
Ingin merasakan sensasi rumah harga 4 milyar dengan instan? Cobalah ke Habitat Hyarta di Yogyakarta. Mereka menawarkan villa dengan ukuran besar cocok untuk tempat istirahat bersama keluarga hingga teman.
Berbekal google maps, saya menyusuri jalan dari Museum Monumen Jogja Kembali menuju Habitat Hyarta. Lokasi yang berada di Jl. Palagan Tentara Pelajar Daerah Istimewa Yogyakarta, 55581, kiri jalan. Temboknya bertuliskan Hyarta Recidence, di bawahnya ada tanaman hijau.
Awalnya saya agak ragu, apakah ini benar Habitat Hyarta, lokasi diadakannya workshop tentang travel writing yang pematerinya Pak Teguh Sudarisman.
Karena, di dinding tersebut tidak ada nama Habitat Hyarta. Saya kemudian memberanikan diri, untuk bertanya ke satpam, ternyata benar ini lokasinya.
BACA JUGA: Puthuk Setumbu Magelang: Merekam Sisi Mistis Candi Borobudur Saat Matahari Terbit
“Iya mas, benar ini lokasinya. Silakan langsung ke Pendopo, mas lurus terus belok ke kanan,” ucap pak satpam dengan senyum simpul.
Saya berjalan dengan tegap, terlihat dibeberapa villa, terdapat mobil mewah sedang di parkir. Dalam hati, wah lokasinya berkelas, villanya besar, luas, bersih, ada tempat parkir pribadi untuk mobil, dan banyak tanaman yang memberi kesan asri dan sejuk.
“Hem…, kapan saya punya rumah seperti ini,” kata saya dalam hati.
Workshop travel writing berlangsung dari pukul 9.30 s/d 16.00 WIB, saat sesi terakhir semua peserta diajak masuk ke villa C08 untuk melihat-lihat secara langsung.
Kesan awal, tempat tidur, ruang keluarga, interior kental dengan nuansa Jawa, dan memiliki halamannya luas. Pikir saya, hem, rumah seperti ini pasti mahal harganya. Tapi sebanding juga dengan lokasinya yang strategis.
BACA JUGA: Pesona Soto Ayam Super Lamongan Kota Batu Sejak 1988: Sederhana, Sedang, dan Pelanggan Setia
Yaitu berjarak sekitar 5 Km dari Bandara Internasional Adisucipto, ± 8 Km ke Malioboro, dan 10 Km ke Keraton Yogyakarta.
Kemudian saat saya berbincang dengan peserta yang ternyata berteman baik dengan pengelola Habitat Hyarta, ada hal yang membuat saya tercengang. Ternyata dahulu lokasi ini adalah perumahan. Kemudian pemilik rumah bekerja sama dengan pengelola untuk disewakan. Satu rumah kata beliau, harganya 4 milyar.
Sorenya setelah acara selesai, saya diajak Pak Teguh menginap di sini, villa nomor C08. Alhamdulillah, saya bisa merasakan rumah elit dan belajar travel writer dari beliau secara langsung.
Kemudian saya memilih kamar di lantai 1, sedangkan Pak Teguh di lantai 2. Di mana villa ini memiliki tiga kamar, masing-masing kamar mempunyai kamar mandi. Pak Teguh menempati kamar utama yang memiliki desain banyak kayu jati dengan kamar mandi spesial daripada kamar lainnya serta terdapat LCD TV.
Jadi kalau keluarga ke sini, suami istri bisa di kamar utama, sedangkan lainnya di kamar yang kedua atau ketiga.
Saya dan Pak Teguh menaruh barang-barang dahulu di kamar. Terus saya langsung mandi untuk menyegarkan badan, dengan air yang segar dan lancar.
Kalau Pak Teguh, beliau menyeduh kopi untuk kami berdua. Dari sini saya baru tahu kalau Pak Teguh pecinta kopi, sama seperti saya.
BACA JUGA: Progo Rafting Magelang: Arung Jeram Bintang 5, Artis Hingga Pejabat Publik
Jadi setelah badan sudah segar, saya langsung bisa menikmati kopi hitam yang sudah terseduh. Terima kasih ya pak, maaf saya merepotkan, hehe. Kopinya mantap dan bikin nagih.
Minuman kopi saya ambil, menuju ke sofa, meregangkan badan, dan bincang santai bersama beliau. Remote saya pencet dan memilih saluran TV yang acaranya cocok dengan kami, baik lokal-mancanegara. Berhubung tak dapat, alhasil pilihan kembali ke acara berita.
Malamnya sekitar pukul tujuh, pelayan langsung mengantarkan menu makan malam ke meja kami, dan menata cantik sendok, garbu, dan segelas air putih. Saya memesan mie goreng pedas, sedangkan Pak Teguh mie rebus.
Sebelum masnya balik, saya tanya apa pasword untuk akses Wi-Fi? Masnya menjawab dengan senyum lebar dan ramah, ini pak, pasword-nya sesuai nomor villa. “Terima kasih mas,” jawab saya.
Kami pun menyantapnya dengan lahap. Apalagi saya, dengan penambahan cabai hijau dan acar sebagai pelengkap, hem… jadi makin nikmatlah menyantapnya.
Soalnya saya penyuka pedas, dan tersiksa kalau ke Yogya makanannya sebagian besar manis. Untung saja di sini, ada sambal/lomboknya, sehingga saya bisa menikmati makanan dengan maksimal. Suasana hangat pun terbangun, didukung dengan dua lampu di atas meja makan yang unik.
Pasti suasana makan seperti ini akan lebih romantis ketika beberapa lampu utama dimatikan. Sedangkan di meja diberi hiasan bunga warna-warni yang harum ditemani dengan beberapa buah lilin. Hem…, ini kalau untuk suami istri yang cuma berdua lo ya, hehe. Saya cuma kasih saran sih, siapa tahu kamu tertarik untuk mencoba saran saya.
Sedangkan jika bersama keluarga/teman, tidak ditambahkan dekorasi pendukung, suasananya sudah hangat.
Selesai menyantap mie, Pak Teguh langsung kembali ke kamar dan istirahat. Sedangkan saya masih onlinedan ngetik dahulu. Sebab di sini suasananya tenang, apalagi saat malam. Cocok untuk mencari inspirasi dan menulis.
“Semalam kamu tidur nyenyak mas? Aku tidur nyenyak. Alhamdulillah pak, saya juga. Berarti siap untuk perjalanan hari ini pak,” percakapan saya sama Pak Teguh saat pagi pukul 6-an.
Kemudian pukul tujuh pagi, saya ikut beliau jalan-jalan menyusuri kawasan Habitat Hyarta. Saya bisa mendengarkan burung-burung yang saling bersahutan, udara segar, dan cahaya matahari yang hangat. Suasana yang pas untuk sekadar jalan kaki atau lari pagi.
Tadi saya juga melihat seorang ibu bersama anjingnya, sedang berkeliling. Memang suasana yang bersih dan mendukung seperti ini, sangat pas untuk bersantai, olahraga, relaksasi atau menenangkan diri.
Cobalah saat suasana seperti ini, kamu berdiam sejenak, pejamkan mata, rasakan udara sekitar, nikmati simfoni burung-burung, serta udara yang keluar masuk dari tubuh. Rasa tenang dan nyaman akan terasa. Inspirasi-gagasan pasti akan mengalir deras.
Lokasi awal yang kami tuju adalah kolam renang. Kolam yang bersih, luas, dan suasana yang sejuk, membuat kami ingin berenang. Namun tidak jadi, dikarenakan pagi itu kami akan menjelajahi tempat baru di Yogyakarta bersama Mas Aji Rachmat, teman Pak Teguh.
Karena tidak jadi berenang, kami bergantian untuk saling foto satu sama lain, hehe. Ternyata kalau sesama travel writer, sama-sama narsis ya. Sayangnya foto waktu itu saya kalah luwes sama Pak Teguh.
Kalau beliau fotonya rileks, sedangkan saya kaku. Tapi saya yakin, kalau banyak difoto, saya pasti akan luwes/tidak kaku.
Maklum saya belum terbiasa difoto-foto. Dari sini saya tahu, kalau jalan-jalan sama travel writer, saya harus bisa juga menjadi model dadakan untuk permanis foto yang akan dihasilkan.
“Mas, kamu ko kaku? Iya pak, saya tidak terbiasa jadi model soalnya,” perbincangan kami.
Setelah puas memfoto kolam renang, pendopo, tempat fitness, dan tempat bermain, kami kembali dengan jalur lainnya. Sambil melihat momen-momen indah, saya mengamati beberapa villa yang ada, terdapat satu-dua mobil, serta motor.
Sambil nunggu Mas Aji datang menjemput. Kami berdua melakukan kegiatan masing-masing, saya duduk di halaman sambil melihat tanaman yang hijau, udara yang segar, dan memerhatikan aktivitas tamu yang lain.
Sedangkan Pak Teguh, menikmati Wi-Fi yang kencang dengan membuka facebook ditemani dengan segelas kopi. Beberapa menit kemudian, Mas Aji datang, dan beliau masuk dan ngobrol dengan kami. Ruang keluarga yang luas, membuat kami bisa ngobrol di mana saja lokasi yang disuka.
Pagi hingga sore kami diajak beliau ke Kampung Edukasi Watu Lumbung, Gumbuk Pasir, dan Museum Gumbuk Pasir.
Malam sekitar pukul enam, kami sudah berada di depan villa. Bangunan dengan pintu kaca yang besar, halaman luas, dan tanaman memberikan kesan relaksasi pada saya setelah seharian beraktivitas.
Saya langsung membuka pintu dan duduk di meja makan, untuk menuangkan petualangan hari ini ke laptop.
Memang kalau untuk aktivitas ngetik dan browsing, meja makan tempat yang paling pas. Sinyal Wi-Fi lebih kencang soalnya. Sedangkan kalau untuk bersantai sambil melepas lelah, tempat duduk sofa di depan TV sangat cocok. Soalnya di kanan kirinya ada tanaman hijau yang bisa dinikmati.
Jadi kalau saya buat menuangkan pikiran ke kertas, saya akan gunakan sofa untuk duduk. Sedangkan untuk proses publikasi ke media sosial, di meja makan.
Saya asyik mengetik, Pak Teguh kembali memanaskan air untuk membuat kopi dan secangkir teh. Setelah itu beliau duduk di sofa dan menikmati tayangan TV.
Sungguh suasana yang menggambarkan seperti rumah sendiri. Kalau misalnya kami mau masak sendiri, terus menyimpan buah, sayur hingga makanan dingin lainnya juga bisa. Soalnya tersedia kulkas dan peralatan dapurnya juga.
Hanya saja, saat di sini, kami cuma cowok saja. Kalau misal ke sini dengan keluarga besar hingga teman, pasti akan lebih seru lagi.
Tips-tips menginap villa di Habitat Hyarta
- Pagi hari keluarlah untuk jalan-jalan/olahraga di sekitar kawasan Habitat Hyarta sambil menangkap momen-momen indah lainnya.
- Bawalah buah, sayur, es atau makanan dingin lainnya untuk ditaruh di lemari es. Nanti bisa kamu makan saat sedang bersantai bersama keluarga/waktunya jam makan.
Villa Habitat Hyarta di Yogyakarta
www.habitat-hyarta.com
Lokasi, Jl. Palagan Tentara Pelajar Daerah Istimewa Yogyakarta, 55581
Check in dari 14.00 WIB dan chek out 12.00
Email: stay@habitat-hyarta.com
Mobile/WA 0818293535