Seri #2: Beberapa Hikmah dari Pertemuan Pertama SSG 35 DT, Bandung

Sandi Iswahyudi

santri siap guna daarut tauhiid bandung sandi iswahyudi

Bismillah

Mulai dari mana ya saya menulis?

Pertemuan pertama SSG 35 bagi saya sangatlah berkesan. Bukan saja, tempat ini lama saya impikan untuk jadi lokasi menuntut ilmu.

Tapi juga banyak hikmah yang saya dapatkan. Santri lain kemungkinan memiliki sudut pandang berbeda tentang pertemuan pertama ini.

Terus yang bikin takjub, Maasyaa Allah, jumlah total pendaftar 1.000 lebih, dan yang bisa hadir 500 lebih santri.

Alhamdulillah, saya salah satu di antara yang hadir itu. Kebanyakan peserta area Bandung, tapi juga ada peserta dari luar Jawa Barat.

Sebagaimana yang diajarkan oleh sahabat nabi Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, untuk mengikat ilmu dengan menulis.

Insyaa Allah saya pun berkomitmen untuk mengikat ilmu dan hikmah yang saya dapat dari mengikuti SSG 35 di blog ini. Semoga bermanfaat bagi saya dan tentu saja, saudara. Aamiin.

Pertemuan pertama ini, alhamdulillah saya mendapatkan beberapa pelajaran berharga, yaitu:

Semua diawali dari yang kecil

Pernyataan yang saya ingat dari kegiatan kemarin yaitu, “Kalau hal-hal kecil saja antum (kalian) gak bisa lakukan, apalagi untuk hal-hal yang besar.”

Pernyataan ini diulang beberapa kali oleh pelatih dan pemateri kami.

Menunjukkan bahwa memang pesan yang disampikan sangatlah penting, dan diharapkan para santri menerapkannya mulai sekarang juga di SSG ini.

Setelah saya renungkan, memang benar, semua diawali dari hal kecil, baru besar. Batu bisa berlubang, oleh butiran air yang menetes dengan konsisten disatu titik. Makanya jika saudara ke komplek pesantren DT, lingkungan bersih dan tertata.

Sebab memang, santri diajarkan nilai-nilai untuk buang sampah pada tempatnya serta peduli dengan sampah.

Sehingga jika menemui sampah didekat santri, dia harus buang. Penanaman ini bukan sekadar norma saja, melainkan juga ada sisi religiusnya.

Seperti membuang sampah pada tempatnya termasuk sedekah, selain lingkungan jadi bersih.

Terus menjilati tangan setelah makan, sebelum dibasuh, juga bagian dari menghidupkan sunnah Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam. Serta aktivitas ini bermanfaat bagi kesehatan.

Jika ingin sukses dan hati damai, lakukan perubahan kecil mulai sekarang dalam hidup dan perbanyak dzikir.

Mudah bukan?

Jika hal kecil sulit untuk dilakukan, apalagi hal besar?

Jadi, mari berani berubah sekarang juga.

Siap?

Mimpi dan tekad

Ternyata yang mengikuti SSG 35 kemarin ada yang mulai bermimpi 3th atau 5th sebelumnya.

Temen saya sendiri, bahkan ikut SSG lagi, setelah angkatan sebelumnya dia gak bisa mengikuti hingga selesai.

Wow. Saya sendiri mengikuti ini, dapatkan informasi dari temen pada 2017.

Namun saya mulai bermimpi ingin belajar di DT saat masih kuliah. Alhamdulillah Allah kasih jalan melalui program SSG ini.

Hikmah yang saya dapat, adalah tentang berani bermimpi dan bertekad. Jika bermimpi saja tapi gak ada tekad untuk bergerak, ya hanya jadi angan-angan.

Namun jika dibarengi dengan tekad, ia akan berubah jadi kenyataan.

Kemudian, sebaiknya kita harus berani bermimpi. Sebab mimpi itu gratis, gak bayar. Kita tinggal mimpi, terus serahkan pada Allah yang Maha Besar.

Sambil terus melakukan afirmasi dan lakukan langkah-langkah kecil untuk mewujudkannya.

Esok, saudara akan sadari bahwa mimpi-mimpi saudara akan terwujud, Insyaa Allah.

Sevibrasi

Era sekarang dan ke depan. Mau gak mau, kita memang harus mempraktikilih komunitas yang sevibrasi.

Ini penting! Sebagaimana Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam sampaikan, jika kita bergaul dengan penjual minyak wangi, akan dapatkan wanginya. Begitu juga jika bergaul dengan pandai besi, minimal kita bisa kena percikan apinya.

Bergabung di SSG DT, menurut saya adalah salah satu langkah untuk mendapatkan pergaulan yang positif. Saling mengingatkan dalam kebaikan, berbagi virus positif, dan sama-sama memperbaiki diri untuk dekat pada Allah dan RasulNya.

Nikmat, jika berada di lingkup orang yang sevibrasi. Tujuannya sama. Sebagaimana pelaut dan krue kapal memiliki satu tujuan sama.

Jika beda, pastilah kapal itu tak bisa berlayar.

Iyakan?

Jika mungkin saat ini saudara merasa belum menemukan yang sevibrasi. Saudara bisa temukan dengan cara: perkuat frekuensi plus doa.

Contohnya seperti ini, misal saudara ingin berkumpul di komunitas 1 hari 1 juz.

Caranya, saudara tinggal lakukan dahulu membaca Alquran 1 hari 1 juz, kemudian berdoa ke Allah untuk dipertemukan dengan komunitas positif sesuai keinginan saudara.

Dilengkapi dengan berusaha. Insyaa Allah saudara akan dipertemukan oleh Allah, dengan komunitas yang sefrekuensi.

Prinsipnya, ruh-ruh orang baik akan dikumpul dengan yang baik, begitu pun sebaliknya. Maka kita tinggal perkuat frekuensi diri, agar Allah segera pertemukan dengan yang sefrekuensi.

Memilih kubu

Hikmah lain yang saya dapat tentang diri yang harus memilih antara kubu baik dan buruk. Kubu yang patuh pada Allah dan RasulNya atau kubu yang menentang kedunya.

Semoga Allah menjaga kita dari kubu kedua. Saudara pilih yang mana? Saat ini semakin jelas antara kubu yang patuh pada Allah dan menentangNya.

Kita harus memilih. Tak bisa kita berada di pertengahan.

Sebab Allah hanya ciptakan dua pilihan: surga dan neraka. Tak ada pilihan ketiga.

Iyakan? Maka wahai saudaraku, pilihlah kubu Anda. Setelah itu, lakukan dengan maksimal dan fokus.

Saya sendiri mengusulkan pada saudara, tentu kubu positif. Kubu yang akan mengajak dalam kebaikan, ampunan, dan kasih sayang Allah.

Cermin besar dan gelas kosong

Manusia terhalang dari ilmu dan hikmah Allah, sebab kesombongan pada diri. Astagfirullah.

Padahal, setiap tempat adalah kelas. Setiap peristiwa adalah pelajaran. Setiap orang adalah guru. Itulah kalimat yang diajarkan oleh guru kami di DT.

Jika kalimat itu kita terapkan, maka Allah akan memberikan banyak hikmah pada kita. Tak ada pertemuan yang sia-sia. Sebab Allah yang mengatur pertemuan itu.

Maka DT mengajarkan untuk menjadi gelas kosong, agar diri tak tertutup kesombongan. Sehingga tampak baik, padahal dari dalam busuk. Astagfirullah..

Selain itu, ikut SSG DT, juga seperti bercermin tentang diri yang masih banyak ….. (isi sendiri titik-titiknya)

Melihat santri dan para guru yang Masyaa Allah. Melihat di depan saf masjid anak kecil belajar membaca Alquran bersama sang guru.

Melihat santri istiqomah di jalan yang di ambil, dll. Ya.. DT tempat untuk berkaca, tentang diri. Pengingat bagaimana posisi diri dihadapan Allah.

Serta banyak hal, tergantung bagaimana tujuan diri mengaca.

Kami dengar dan kami taat/sami’na wa atho’na

Praktik, tanpa nanti, tanpa tapi!

Itulah kalimat yang sering kita dengar jika ingin belajar dalam bisnis.

Iyakan? Sama jika saudara ingin belajar menulis, praktik saja, jangan banyak tanya!

Ketika kita praktik, kita akan tahu manfaatnya. Maka dalam Islam, Allah dan RasulNya mengajarkan untuk sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat). Artinya, ketika tahu informasi berdasar Alquran dan Sunnah dari ulama, langsung praktik.

Di SSG kami pun diajari demikian, untuk praktik. Berani berubah sekarang juga. Seperti perubahan untuk biasakan dzikir, fokus, tenang, dan peduli pada sekitar.

Ternyata setelah praktik, diri baru rasakan manfaatnya.

Hem… memang segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya pasti penuh hikmah serta manfaat.

Jadi yuk, praktik ?!

Kenapa? Apa tujuan?

Kita tahu, tujuan melakukan sesuatu, sangat mempengaruhi seberapa besar tekad/semangat seseorang.

Rintangan tidak akan jadi soal bagaimana pun beratnya, jika diri sudah tahu alasan kenapa harus mengikuti kegiatan ini.

Maka sebelum saya memutuskan berangkat ke Bandung untuk kegiatan ini, saya sudah buat semacam peta alasan dibuku tentang kenapa saya mengikuti SSG.

Peta alasan ini bermanfaat untuk mengingatkan diri ketika semangat mulai mengendor, hilang arah, dan semacamnya.

Kemarin kami pun diingatkan kembali tentang kenapa/apa tujuan kami mengikuti SSG 35.

Sudut pandang minoritas dan mayoritas

Pelajaran lain yang tak kalah penting adalah tentang sudut pandang minoritas dan mayoritas.

Contohnya seperti menjilati tangan setelah makan sebelum dibasuh merupakan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam. Ketika seorang muslim melakukannya, artinya ia percaya dan cinta akan risalah nabi.

Bahwa tidak ada satu pun yang diajarkannya sia-sia. Sebab apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah wahyu.

Aktivitas ini jika dilakukan dilingkup mayoritas, seperti di pesantren DT, tentu bukan jadi hal yang aneh, bahkan umum. Kami yang masih malu untuk melakukannya, “dipaksa” untuk mengerjakannya.

Sedangkan jika dilingkup masyarakat, yang tak semua tahu akan sunnah ini, jadi terasa aneh jika melakukannya.

Mungkin pandangan orang akan terlihat menjijikkan, dan semacamnya.

Iya gak?

Saya dahulu berpikiran seperti itu, tapi setelah tahu bahwa menjilati tangan memiliki hikmah yang besar akhirnya sekarang saya mengamalkannya.

Baca di sini manfaat:

Sunnah, Hikmah dan Etika Menjilati Tangan Sesudah Makan

Manfaat ilmiah pakai jari tangan

Manfaatkan momentum

Bagi saya kesempatan ikut SSG ini adalah momentum yang berharga. Kesempatan yang Allah berikan di waktu yang tepat, insyaa Allah.

Maka sangat disayangkan, jika saya tidak memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Salah satu caranya, menangkap berbagai pesan yang disampaikan oleh pemateri/pelatih kami lewat catatan.

Melaksanakan tugas yang diberikan dengan sebaik mungkin.

Serta belajar menangkap hikmah dan mengabadikannya dalam tulisan ini.

Jika momentum disambut dengan baik, ia bisa menjadi pijakan yang membuat seseorang melompat lebih tinggi lagi.

Saya Muslim!

Poin terakhir yang saya tangkap adalah percaya diri sebagai seorang Muslim. Percaya diri dengan tidak mengikuti kebanyakan orang, dan lebih memilih tuntunan Allah dan RasulNya.

Percaya diri membela yang benar, walau di media, kadang dikaburkan, seolah-olah yang benar itu salah, yang salah itu benar.

Percaya diri dengan mencintai Allah dan RasulNya.

Terakhir percaya diri dengan identitas diri sebagai Muslim.


Ditulis di Masjid DT, Bandung, Kereta Malabar tujuan Malang, dan diselesaikan di rumah di Kota Batu.

Baca juga:

Sandi Iswahyudi

Senang menulis sisi positif kehidupan dan berbagi catatan digital marketing. Memiliki usaha salah satunya jual Alquran grosir

Tinggalkan komentar

Open chat
Halo

Ada yang bisa dibantu?