Surat untuk FIM: Apakah Saya Tidak Layak Masuk FIM?

Sandi Iswahyudi

forum indonesia muda sandi iswahyudi
Foto bersama saat acara #DolenBarengFIMalang bersama FIMalang

Gagal satu kali, coba lagi.Gagal dua kali, coba lagi.

Gagal tiga kali, coba lagi.

Keempat apakah akan gagal lagi? Saya optimis diterima menjadi keluarga FIM (Forum Indonesia Muda) 2016.

Jika nanti gagal? Ya sudah, tidak masalah, artinya saya sudah berhasil dan sukses bangun dari kegagalan.

Tidak mudah bangun dari kegagalan. Minimal berbicara pada diri sendiri untuk bangkit dan mencoba lagi mulai dari awal. Mengisi formulir pendaftaran yang banyak, menyisihkan waktu, melatih optimisme, memperbarui niat dan tujuan ingin gabung di FIM, serta hal-hal lainnya.

Kegagalan di kampus pertama kali

Saya telah banyak menghadapi kegagalan. Kegagalan dalam memaknai cinta, gagal dalam menghadapi kehidupan kampus. Ketika yang lain memiliki kemampuan akademik bagus saya pas-pasan. Ketika yang lain pandai berbicara di depan forum dan memiliki percaya diri tinggi.

Saya malah sebaliknya pemalu, rata-rata, dan kurang dalam kemampuan soft skill.

Melihat kekurangan yang terjadi, saya kemudian berbenah. Ikut organisasi kampus dan memaksimalkan. Saya belajar bicara, mengutarakan gagasan, manajemen konflik, hingga bagaimana mengorganisir orang untuk mencapai visi misi sama.

Walau sudah niat belajar, tetap saja dalam proses belajar sekitar 2013, saya diejek sama teman satu organisasi kampus.

“Sandi kamu bicaranya mbulet (tidak langsung ke topik/berputar-putar),” kata temen saya.

Apakah saya akan lari dari kenyataan? Apakah saya sakit menerima ejekan itu? Jelas, awalnya saya goncang. Namun setelah saya renungi, tekad saya bulat. Saya ingin belajar dari organisasi. Sebab saya percaya, dengan cara ini, minimal saya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan teman-teman saya yang hanya kuliah semata.

Saya bangun dari kegagalan. Saya terus belajar bicara, baik di depan forum, diskusi, dan kenalan dengan orang baru. Walau ada rasa malu mendera dan kurang percaya diri, tapi saya terus melakukannya. Saya pikir hanya dengan cara ini, saya akan bisa menjadi lebih baik.

Jikalau saya berhenti, tentu saya akan jatuh cinta dengan kegagalan.

Alhamdulillah hingga hari ini, saya telah mengisi materi dibeberapa tempat. Paling jauh dan berkesan, mengisi materi di Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur. Mungkin ini menjadi semacam buah dari kerja keras dan keyakinan saya untuk terus berjuang.

Saya sekarang juga terus belajar public speaking supaya lebih baik lagi. Saya ingin esok, bisa menyampaikan seperti Jamil Azzaini, Gamal Albinsaid/Ippho Santosa. Pembicara yang telah malang melintang diberbagai daerah dan stasiun TV.

Kegagalan di kampus kedua kali

Kegagalan kedua kali yang pernah saya rasakan, pada 2014. Ketika kebanyakan dari teman saya lulus. Saya masih belum lulus, bahkan saya harus mengulang magang industri saya. Akhirnya, saya magang kembali. Awalnya saya ingin magang industri di daerah saya, yaitu Kota Batu/Malang. Namun dosen saya tidak mengizinkannya.

Kata beliau yang saya ingat, “Kamu cari industri yang besar saja sekalian. Maksimalkan kesempatan yang ada.”

Akhirnya saya magang di Unilever, Subang selama satu bulan. Alhamdulillah dengan magang di Unilever, saya mendapatkan beragam manfaat. Tentang pentingnya aktif di organisasi, belajar public speaking, pentingnya optimisme, keyakinan, profesionalisme, berani bermimpi, nilai, serta daya juang.

Kemudian saya tahu, bahwa ternyata dari jurusan saya ITP UMM, baru saya yang magang di sini. Hem… pengalaman yang luar biasa.

Hikmah yang saya dapatkan di sini, salah satunya adalah tentang berdamai menerima kegagalan, dan berpikir positif dengan rencana Tuhan. Kemudian memaksimalkan kesempatan yang ada.

Kegagalan di kampus ketiga kalinya

Ketiga kalinya yang menurut saya gagal, adalah sampai 2016 saya masih belum juga lulus kuliah seperti lainnya. Padahal rekan dan adik tingkat saya sudah lulus serta berkarier.

Sedangkan saya masih bergelut di kampus, belajar dan menggali potensi, mengenali diri sendiri, melatih insting untuk berkarya, berwirausaha, dan mengaplikasikan sejak muda untuk menjadi agen perubahan.

Saya menulis di media cetak dan online, menghadirkan konten yang memberikan inspirasi dan manfaat bagi pembaca. Kemudian Maret 2015, memutuskan memiliki blog sendiri, sandibrand.com, untuk berkarya, berbagi, menginspirasi dan bekerja.

Sejak fokus mendalami blog, saya bisa mendapatkan uang, bertemu dengan orang-orang keren dan inspiratif, menjadi pemateri, kerja sama dengan bermacam brand, membantu komunitas, wisata, hingga pengusaha kecil untuk mengenalkan produknya ke dunia.

Alhamdulillah, melalui jalan ini, saya semakin mengerti akan diri saya, passion, kekuatan, dan jalan hidup.

Walau memang, untuk mencapai ini saya harus mengorbankan waktu, dan lain-lainnya.

Bisa merasakan, bagaimana rasanya menjadi angkatan tuakan, hehe? Pasti dipandang sebelah mata, dan bermacam label lainnya. Tapi saya tetap fokus pada tujuan dan mimpi saya. Karena orang hanya bisa tahu luarannya saja.

Menurut saya, ini sebuah kegagalan, karena saya melihat banyak anak-anak muda hebat bisa mendapatkan kemampun soft skill, hard skill, mengenali dirinya, dan jalan hidupnya dalam waktu lebih cepat daripada saya. Sedangkan saya, harus mengambil waktu yang agak lama.

Hem…

Tapi, sekarang saya tidak menyesalinya. Saya tetap bersyukur, berdamai dengan keadaan, dan berbuat sesuatu. Hanya dengan konsisten berbuat sesuatu, orang lain akan tahu kenapa saya memilih jalan ini.

Setiap orang memiliki jalan berbeda-beda dalam mengarungi kehidupannya. Terpenting bagaimana cara kita memaknai hal tersebut.

Kegagalan di kampus keempat kalinya

Kegagalan di kampus keempat kalinya, salah satunya, saya daftar FIM (Forum Indonesia Muda) gagal sampai tiga kali. Padahal teman-teman saya lainnya, lolos. Sedangkan saya sampai tiga kali.

Memang kalau saya perhatikan, teman-teman saya satu organisasi kampus, mereka memiliki pengalaman dan keunggulan yang lebih daripada saya. Salah satu contoh yang terlihat, saat itu, mereka sudah pandai dalam berbicara, sedangkan saya masih belajar.

Dari sini, saya menyadari juga. Saya baru belajar organisasi di kuliah sejak semester awal. Saya belajar menulis, untuk diri sendiri dan bagi orang lain juga saat memasuki semester tua, 2013-an. Baru 2015, saya memahami tujuan hidup, kekuatan diri, hingga passion.

2016, saya mencoba daftar kembali keempat kalinya. Entah saya akan lolos atau tidak, saya tidak tahu. Namun saya menyakini saya akan lolos, dan menjadi keluarga besar FIM. Walau kata temen yang sudah masuk FIM dahuluan. Dia bilang pada saya, jika FIM tahun ini lebih berat dan ketat. Karena seleksinya dua kali, pertama tahap berkas, dan kedua wawancara.

Kalau misalnya tahun ini tidak lolos lagi. Saya tidak akan menyesalinya. Sebab saya sudah mencoba dan memaksimalkan kesempatan yang ada.

Saya sepakat dengan pernyataan Mas Ivan, alumni FIM yang berbicara di acara Cangkrukan FIM Malang, yang intinya demikian, “Jika nanti kalian tidak lolos FIM, jangan berkecil hati! Sebab masih banyak tempat untuk mengekspos dan mengekspresikan diri.”

Saya sejak 2015 sampai sekarang, terus mengekspos dan meningkatkan kualitas diri. Baik lewat perkumpulan, bergabung di yayasan sosial, menjadi blogger, dan melatih insting dan passion di jalur bisnis internet.

Kenapa saya pengen banget masuk di FIM? Sebab saya amati, FIM memiliki jaringan dari Sabang sampai Merauke, alumninya memiliki prestasi dari berbagai macam bidang, dengan satu visi sama, berkontribusi bagi Indonesia.

Maka dengan menjadi bagian di FIM, saya akan memiliki keluarga besar, terus optimis, mendapatkan berbagai macam ilmu. Serta mimpi saya untuk menjadi inspirator, socialpreneur, dan keliling Indonesia akan segera terwujud.

Persiapan daftar di FIM 2016 yang bekerja sama dengan Bukalapak

Tahun ini FIM bekerja sama dengan Bukalapak. Di mana CEO-nya merupakan alumni FIM, informasi yang saya dapatkan dari kegiatan Cangkrukan FIM Malang, Sabtu (20/2/2016) kemarin. Sedikit bocoran, nanti pas pelatihan FIM akan hadirkan sosok pemuda yang inspiratif.

“Wah FIM kali ini sangat sesuai dengan passion saya,” pikir saya dalam hati. Saya sejak 2015 mulai menggeluti dunia online, terutama sosial media dan blog. Sekarang saya sudah memiliki dua blog, sandibrand.com dan mbolang.com. Insyaa Allah dalam waktu dekat, blog ketiga saya akan lahir.

Kenapa saya ingin mencoba gabung lagi? Saya melihat mereka yang tergabung di FIM adalah orang-orang hebat. Serta minimal mereka memiliki visi misi sama, ingin berkontribusi bagi Indonesia. Artinya ketika nanti saya tergabung di FIM 2016, saya akan berada di lingkungan orang-orang positif dan hebat.

Keuntungan berada di lingkungan orang-orang yang positif adalah terus mendapatkan virus positif, haus berkarya, mengalirnya ide, dan hal-hal luar biasa lainnya.

Persiapan yang saya lakukan mengisi formulir dengan hati dan sungguh-sungguh, menguhubungi beberapa orang untuk nantinya bersedia mengisi rekomendasi buat saya, mempersiapkan mental, dan doa. Serta membuat postingan ini, dengan salah satu bahasan kenapa saya layak diterima di FIM 2016.

Berikut beberapa poin, kenapa saya layak diterima:

  1. Saya telah mengalami banyak kegagalan. Alhamdulillah saya bangkit, dan fokus pada mimpi. Akhirnya bisa bangun, dan berhasil.
  2. Saya pekerja keras, pembelajar, dan pantang menyerah. Salah satu contohnya, saya belajar ngeblog mulai dari hal mendasar sampai sekarang bisa menghasilkan beragam manfaat.
  3. Saya orang yang suka berbagi ilmu dan inspirasi. Mengisi materi baik di komunitas/dalam acara formal, lewat blog, atau lainnya .
  4. Telah memiliki pengalaman dalam berkarya, menghasilkan dan eksekusi ide, hingga prestasi. Info lengkap di halaman portofolio.
  5. Saya suka sosial dan terus ingin berproses menjadi lebih baik lagi. Langkah yang diambil, dengan bergabung di komunitas dan yayasan. Komunitas saya bergabung tingkat regional-nasional, sedangkan yayasan di Yayasan GSKB. Di mana di yayasan tersebut saya diamanahi sebagai kordinator tim media.
  6. Saya orang yang ingin mendalami blog, sosial media, dan segala hal yang berhubungan dengan internet.
  7. Saya orang yang suka memaksimalkan kesempatan dan menjaga kepercayaan. Seperti 2014 magang di Unilever, pengalaman selama magang saya tulis di blog. Kemudian, juga saat diundang sebagai blogger di acara Pameran Produksi Indonesia 2015 di Surabaya. Hasilnya saya menjadi blogger terbaik pertama (cek di portofolio) dan mendapatkan apresiasi positif dari Bu Kartina Ika Sari sebagai pihak penanggung jawab media dan blogger.

Maka, jika nanti saya lolos di FIM 2016, saya akan memaksimalkan kesempatan yang ada. Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga bagi orang lain.

Terakhir,

Kegagalan itu sakit. Kegagalan terasa nikmat ketika kita menyadarinya. Lewat gagal kita sadar bahwa diri ini lemah dan tidak ada yang patut untuk disombongkan.

Semua orang pernah gagal. Namun tidak banyak yang berani untuk bangkit dan mencoba lagi mengejar mimpi mereka.

Untuk mencapai sesuatu kita pasti melewati yang namanya kegagalan. Kuncinya seberapa yakin dan keras perjuangan kita untuk meraih mimpi itu. Saya sudah membuktikan setidaknya lewat dua hal di atas ditambah dengan doa, saya bisa meraih mimpi.

Saya yakin akan menjadi keluarga FIM 2016. Saya akan lolos, entah apakah menjadi peserta FIM, pemateri/hanya sebagai anak muda yang sama-sama memiliki visi berkontribusi bagi bangsa.

Inilah surat dan harapan saya. Entah kalian menganggapnya apa, tapi setidaknya Anda tahu bahwa saya sering gagal, dan kemudian bangkit lagi untuk mengejar mimpi.

Selamat bagi kalian yang telah menjadi keluarga besar FIM. Maksimalkan kesempatan yang ada, untuk berkarya dan berkontribusi bagi bangsa. Bagi yang masih belum mencoba, mari mencoba.

Bagi yang masih gagal, yuk kita coba lagi. Yakinlah, Allah tidak akan pernah sia-siakan kerja keras dan niat baik kita.

Jadi, apakah saya layak masuk FIM?

Baca juga:

Sandi Iswahyudi

Senang menulis sisi positif kehidupan dan berbagi catatan digital marketing. Memiliki usaha salah satunya jual Alquran grosir

2 pemikiran pada “Surat untuk FIM: Apakah Saya Tidak Layak Masuk FIM?”

Tinggalkan komentar

Open chat
Halo

Ada yang bisa dibantu?