Pertemuan Rabu (13/7) kemarin benar-benar membuka mata, bahkan menampar diri untuk segera introspeksi diri dan memperbaikinya.
Begitu juga saat saya ngobrol sejenak setelah kajian dengan salah satu santri, dirinya merasa tertampar-tampar saat mendengar ceramah tersebut. Bahwa saat diri merasa jumawa atas ilmu yang dimiliki, ternyata rezeki itu seolah tak datang.
Kalau sahabat yang menghadiri kajian kemarin apakah demikian juga? Atau mungkin biasa saja tak perlu ada yang diperbaiki?
Mari yuk disimak rangkuman pengajian dengan tema, “Penghancuran Ego & Menggali ke Posisi Hawnan” saya buat poin per poin agar mudah dibaca dan dipahami.
Bismillah, silakan dibaca!
Jadilah hamba yang hawnan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,”
QS. Al-Furqan[25]:63
Hawnan artinya rendah hati, rendah diri. Orang yang menghinakan dirinya.
Saat kita dihina oleh orang lain, maka jawab dengan ucapan kebaikan/keselamatan. Misalnya di doakan kebaikan.
Kita diperintah oleh Allah untuk menjadi hamba yang hawnan. Pribadi yang menghinakan dirinya itu jadi ringan atau gak repot dalam menjalani hidup.
Sebagai contoh: saat melakukan perjalanan ke suatu tempat, kita akan mudah untuk beradaptasi. Kita bisa makan, yang tersedia di situ.
Kita tidak jadi orang yang pemilih dalam segala hal. Terpenting tentu halal dan baik.
Makan sama gorengan di pinggir jalan ok, bubur ok, hingga di restoran pun ok.
Kenapa bisa seperti itu? Karena kita telah memosisikan diri hawnan. Kita telah menghinakan diri sendiri.
Beda ceritanya, saat kita datang ke suatu tempat dengan standar yang sudah kita atur di level A. Misalnya makan minimal di restoran. Pasti saat orang lain mengajak makan di tempat yang standarnya di bawah itu, kita enggan bahkan bisa jadi tersinggung.
Ya kan? Kenapa hal itu terjadi? Disebabkan fakta yang ada tidak sesuai dengan standar yang telah kita tentukan.
Oleh karenanya, dikajian ini, abi (panggilan kami sebagai santri untuk Ustadz Rendy) mengingatkan untuk kita memosisikan diri hina/rendah hati.
Melihat yang lebih muda, lebih mulia, lantaran dosanya lebih sedikit dibanding kita. Begitupun saat melihat yang lebih tua, mereka lebih mulia, lantaran pahalanya lebih banyak daripada kita.
Manfaat menjadi hamba yang hawnan:
- Kita mudah untuk menjalani hidup
- Mudah untuk bersyukur kepada Allah, atas segala nikmat yang diberi.
- Memandang orang lain selalu lebih mulia daripada diri sendiri
- Salah satu cara terbebas dari sifat sombong
- Mudah untuk mendapatkan ilmu
Hawnan kunci rezeki lebih
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗۚ وَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ
“Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.”
QS. Saba'[34]:39
Jadi Allahlah yang meluaskan dan memberi sekadarnya saja rezeki itu.
Kunci agar Allah melebihkan rezeki kita, jadilah hamba yang hawnan.
BACA JUGA: Wisata Quran di Penerbit Syaamil Quran Bandung: Ini 7 Pelajaran yang Kudapat
Selain itu, berdoalah kepadaNya, agar Allah karuniakan rezeki yang berlimpah ruah, halal, dan barokah.
Ingat selalu prinsip puncak gunung dan lembah
Perumpamaan yang saya ingat adalah puncak gunung dan lembah. Orang yang berada di puncak gunung, ia bisa melihat pemandangan yang indah. Namun kekurangan oksigen dan sumber daya. Kita juga tak akan bisa bertahan lama di sana. Hanya beberapa saat, setelah itu turun kembali.
Beda dengan orang yang berada di lembah, bahkan lebih bawah lagi. Kaya akan sumber daya. Oksigen berlimpah, makanan dan minuman banyak. Mau pesan bakso, mie ayam, atau makanan lain, di bawah ada. Air tersedia tinggal ambil dan nikmati.
Seperti itulah gambaran jika kita jadi hamba yang rendah hati. Allah akan karuniakan sumber daya yang berlimpah ruah.
Allahu Akbar, kita saat ini, berada di posisi mana? Di puncak gunung, perbukitan, lembah atau lebih bawah lagi?
Yuk kita introspeksi diri!
Sifat hawnan menjadikan mudah terima kasih
Mengaplikasikan sifat hawnan dalam diri. Menjadikan diri menjadi mudah untuk berkata terima kasih kepada orang lain.
Terima kasih, merupakan kata yang mudah ditulis. Namun sejatinya tak mudah tuk diucapkan.
Saat mengucapkan terima kasih, itu tanda kita bersyukur atas nikmat yang Allah kasih.
Oleh karena itu, mulailah ucapkan terima kasih atas segala nikmat hingga kebaikan yang kita dapatkan.
Seperti mengucap terima kasih terhadap pasangan, lantaran telah membantu dan melayani selama ini.
Terima kasih kepada anak-anak karena telah menjadi anak yang baik dan sholeh-sholehah. Terima kasih kepada pembeli produk kita. Karena telah percaya dan memesannya.
Cara menjadi hawnan
Ada beberapa cara untuk menjadi pribadi yang hawnan.
- Menerima hinaan orang. Sesungguhnya hinaan itu akan menghancurkan ego dan kesombongan yang ada di dalam diri kita. Maka nikmati itu, dan ambil sisi positifnya. Balaslah dengan kebaikan dan ucapan yang santun.
- Khidmat. Melayani keluarga, anak hingga umat. Dengan berkhidmat kita akan dapatkan tiga hal: (1) siapa yang melayani, akan dilayani Allah, (2) perendahan diri yang akan menghancurkan ego dan kesombongan diri, dan (3) menguji ruh.
Sampai di poin ini, kita akan sadar, ada banyak sarana yang telah Allah sediakan untuk menjadikan diri rendah hati. Untuk menjadikan diri ini hina.
Seperti membersihkan toilet rumah, membuang sampah, mencuci piring, membersihkan kotoran anak, dsbnya.
Kita niatkan itu semua sebagai ibadah kepadaNya. Pembelajaran untuk menghancurkan ego dan kesombongan diri. Ini kesempatan kita untuk mendapatkan ilmu dan hikmah dari berbagai sisi.
Peluang untuk memperoleh kemuliaan di mata Allah. Bismillah
Kesimpulan
Semoga tulisan ini bermanfaat buat semua orang, terutama bagi penulis.
Semua ini pemahaman yang penulis dapatkan saat mendengarkan kajian Ustadz Rendy. Jika ada salah itu kesalahan dari penulis. Mohon dimaafkan.