Ko mereka mengekangku ya. Ko mereka gak mengerti aku. Ko mereka gak perhatian sama aku, dan semacamnya.
Ya, saya pernah di masa remaja. Masa yang kata orang adalah bentuk pencarian jati diri. Masa yang apabila tidak ditangani secara tepat, maka bisa jatuh ke jalan yang salah.
Pada masa ini, peran orang tua sangatlah besar. Sebab gejolak dalam diri sedang menggebu-gebu. Seperti halnya api yang bergelora dalam bejana yang tertutup. Bila tak ditangani, maka api itu akan memuntahkan semua yang ada di dalam dirinya.
Begitupun dengan remaja pada masa kini. Salah satu tempat mereka menyuarakan dirinya adalah sosial media. Tak heran, mungkin kamu menemukan beberapa remaja yang update status dengan kalimat negatif.
Seperti kalimat yang berbau galau, percintaan, dll. Mereka tak sadar jika apa yang dilakukan itu, adalah hal yang salah, dan berdampak buruk pada orang lain dan dirinya sendiri.
Masa remaja saya
Kalau saya ingat-ingat, saat masa remaja, saya pernah merasakan bagaimana diri ini ingin memberontak kepada orang tua.
Astagfirullah….
Kemudian iri melihat teman yang ke sekolah menggunakan sepeda, dan punya uang jajan lebih.
Terus saat itu saya termasuk orang yang pemalu, kurang percaya diri, dan pendiam. Aktif di organisasi saja malas.
BACA JUGA:Â Khusus Kamu yang Mau Praktik! Berikut Cara Agar Kamu Bahagia Setiap Harinya
Ini beberapa permasalahan saya, yang saya tidak share ke orang tua. Alhamdulillah saat itu, orang tua saya memaksa saya untuk ngaji di sekitar rumah dengan konsisten.
Akhirnya ya, walaupun teman sebaya saya banyak yang keluar, saya tetap bertahan, karena takut sama orang tua.
Alhamdulillah… dampaknya ternyata terlihat, ngaji saya bisa membentengi diri dari beberapa pengaruh buruk dari lingkungan dan teman.
Ngaji juga menjadi tempat positif saya, untuk mendapatkan teman dan belajar kehidupan. Sejak saya ngaji, alhamdulillah sedikit demi sedikit perilaku buruk saya teratasi.
Remaja zaman now
Terus bagaimana permasalahan remaja zaman now (sekarang)? Sepertinya lebih kompleks lagi.
Kalau saya dahulu, sosmed gak menjamur seperti sekarang. Sedangkan sekarang, anak SD saja sudah pandai mengoperasikan hingga mencari informasi di smartphone.
Hem… jika mereka tak punya benteng dalam diri atau dari pengawasan orang tua, rentan sekali terkena pengaruh buruknya.
Parahnya lagi, jika orang tua tidak mengetahui tentang hal ini. Mereka lebih memilih memberikan anak-anaknya smartphone sebagai teman bermain, daripada menjadi teman mereka.
Sehingga orang tua bisa melakukan aktivitas lainnya. Padahal lewat smartphone semua informasi mudah didapatkan, hanya dengan satu klik.
Sehingga dengan permasalahan yang kompleks ini, perlu kesadaran dan perhatian orang tua.
BACA JUGA:Â Kreator dan Sampah. Untukmu yang Sedang Galau untuk Berkarya
Salah satu film yang bisa dijadikan referensi untuk mengetahui berbagai permasalahan remaja zaman now, adalah My Generation.
Yap, film ini berbeda dari film remaja pada umumnya yang sering menyuguhkan tema-tema percintaan.
My Generation, film yang digarap oleh Upi, seorang sutradara yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai Penulis Skenario Asli Terbaik oleh Tempo pada 2014, menyakini film ini akan berbeda dengan film remaja kebanyakan.
Dikarenakan dalam proses pengerjaannya saja, Upi membutuhkan waktu selama tiga tahun. Riset dan kebutuhan lain dilakukan selama dua tahun, dan pembuatan filmnya sendiri dilakukan selama satu tahun.
Walaupun tema yang diangkat ‘ringan’ tetapi Upi tidak mau bermain aman. Ia mengaku dalam siaran tertulisnya, tidak bisa main-main dalam menyampaikan pesan dalam film remaja.
Sebab salah sedikit, maka remaja akan mendeskripsikan lebih jauh dalam definisi mereka masing-masing.
Film My Generation akan mewakili generasi millenials. Realita kehidupan anak zaman sekarang cukup terlihat dalam film ini sehingga mampu menghipnotis penonton agar terus larut dalam tiap dialog yang diakui sendiri oleh Upi tak terlepas dari percakapan di media sosial.
Film ini diproduksi oleh IFI Sinema, akan tayang di bioskop pada 9 November 2017. Di film ini, Upi mengenalkan empat pemain fresh yang sesuai dengan karakter ramaja millenials yaitu, Bryan Langelo, Arya Vasco, Alexandra Kosasie, dan Lutesha.
Namun tidak hanya menampilkan pemain baru, film ini juga diramaikan oleh penampilan dari para pemain senior seperti, Tyo Pakusadewo, Ira Wibowo, Surya Saputra, Joko Anwar, Indah Kalalo, Karina Suwandhi, dan Aida Nurmala.
Film My Generation bercerita tentang persahabatan empat anak SMU, Zeke, Konji, Suki, dan Orly.
Diawali dengan gagalnya mereka pergi liburan karena video buatan mereka yang memprotes guru, sekolah, dan orang tua menjadi viral di sekolah. Hingga mereka dihukum tidak boleh pergi liburan.
Liburan sekolah yang terkesan biasa saja, akhirnya justru membawa mereka pada kejadian-kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam kehidupan.
Keempat sahabat ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan konflik yang berbeda-beda pula.
Orly, sosok perempuan yang kritis, pintar dan memiliki prinsip. Ia sedang dalam masa pemberontakan akan kesetaraan gender dan hal-hal lain yang melabeli kaum perempuan.
Diluar itu, Orly bermasalahan dengan bunya yang single parent, yang sedang berpacaran dnegan pria yang jauh lebih muda. Baginya, gaya hidup sang ibu tidak sesuai dengan umurnya.
BACA JUGA:Â Buku Muhammad Karya Martin Lings: Membuatku Tersadar Tuk Pelajari Lebih Lanjut Tentang Nabi Muhammad SAW
Suki, perempuan yang memiliki krisis kepercayaan diri yang berusaha ia sembunyikan. Tetapi krisis kepercayaan dirinya semakin besar seiring dengan sikap orang tuanya yang selalu berpikiran negatif padanya.
Masalah yang sepertinya dirasakan oleh sebagian besar remaja masa kini.
Zeke, sosok pemuda rebellious, tapi juga santai, sangat loyal pada ketiga sahabatnya. Ia memendam masalah yang sangat besar dan menyimpan luka yang dalam di hatinya.
Zeke mereka kedua orang tuanya tidak mencintai dan tidak menginginkan keberadaannya. Untuk menyembuhkan lukanya, Zeke harus berani membuka pintu komunikasi yang selama ini terputus di antara mereka.
Pemain terakhir, Konji, dengan kepolosan dan kenaifan, mmemasuki masa pubertasnya. Ia merasa ditekan oleh aturan orang tuanya, yang sangat kolot dan over protective. Hingga ada satu peristiwa yang membuatnya shock.
Lihat video teaser-nya
Bagaimana tertarik untuk menonton filmnya?