Selasa (16/5) pukul 5.46 WIB di Jakarta.
Duduk di samping jendela Hotel Pullman. Aku membuka laptop yang telah menemani selama kurang lebih dua tahun ini. Aku mulai mengetik tiap huruf dengan dua jemari dengan mengaitkan antara hati dan pikiran.
Aku ingin tulisan yang hadir nanti mudah merasuk ke hati para pembaca. Atau jika tidak, minimal pesan yang ingin saya sampaikan masuk ke hati mereka.
Ahad (14/5) saya dapatkan undangan kopdar Cipo (sebutan untuk penulis Citizen Reporter di Harian Surya) dari Bu Tri Hatma. Undangan yang telah lama aku tunggu. Sebab beberapa tahun sebelumnya, Harian Surya mengadakannya di Malang. Bedanya esok, skala se-Jawa Timur.
Citizen Reporter: jalan untuk mengenal media
Hem…
Bila melihat ke belakang, perkenalan saya dengan kolom Citizen Reporter Harian Surya dan editornya, Bu Tri, bermula dari tulisan Amin (teman satu organisasi di UKM FDI UMM).
Awalnya saat saya ke kos dia, saya baca tulisannya yang terbit di Harian Surya. Alhamdulillah saat itu, saya semacam panas, untuk bisa seperti dia juga. Karena ya, saya satu organisasi dan satu fakultas sama dia. Masak tulisan saya tidak bisa lolos juga?
Akhirnya, saya pun mencoba, dan tulisan pertama kali berjudul ‘Ketika Mereka Belajar Peduli‘ itu pun lolos.
Perasaan? Pasti bahagia banget, karena saat itu pertama kali tulisan dan foto saya ada di Harian Surya.
Setelah tulisan pertama kali muncul saya agak vakum beberapa bulan. Serasa saat itu masih terhenti karena belum ada ide.
Maret 2013 saya mulai menguatkan diri untuk menulis lagi. Ketika tulisan itu terbit, maka perasaan senang tentu menyeruak dalam diri. Saya langsung membeli dua korannya di penjual koran depan kampus. Satu saya gunakan untuk laporan ke kampus dan mencairkan fee yang akan saya dapat ?.
BACA JUGA: Tulisan-tulisan saya yang terbit di Harian Surya dan media lainnya.
Satu lagi untuk arsip di rumah. Setelah itu saya langsung mengambil smartphone, dan mencari kontak ibu, dan mengabarkan padanya. Kalau tulisan saya terbit di Harian Surya. Saat itu Ibu membalasnya dengan perasaan bahagia. Alhamdulillah, sesungguhnya inilah yang kucari.
Tulisan yang menurut kita sederhana dan singkat, ternyata bisa membuat orang tersenyum. Sederhana bukan?
Sejak dua tulisan saya terbit di Harian Surya, saya semakin mengeksplorasi diri supaya tulisan bisa naik tingkat. Saya membaca koran-koran nasional. Kemudian mencoba mencari info media-media online yang menerima tulisan. Serta melamar untuk menjadi freelance writer/reporter.
Alhamdulillah lewat kerja keras dan doa, tulisan saya terbit di media nasional online dan offline. Seperti Sindo, Republika, Kompas, Okezone.com, dll. Lengkapnya bisa baca portofolio saya.
Level berikutnya
Tingkatan selanjutnya, sekarang saya telah memiliki media sendiri, yaitu sandiiswahyudi.com dan sandibrand.id. Lewat blog saya bisa berbagi apa saja yang saya suka. Lewat blog saya juga dapatkan ragam manfaat yang tidak akan saya dapatkan, jika hanya menulis untuk media, tanpa memilikinya.
Pengalaman ini mengajarkan saya jika, tulisan seseorang itu akan mencari takdirnya sendiri. Sejauh mana tulisan itu terbang, semua kembali pada seberapa besar konsistensi kita dalam berkarya.
Sekarang, setelah saya sudah punya blog. Saya ingin memiliki buku solo sendiri. Sekarang masih proses penulisan. Semoga dalam waktu dekat, buku ini segera selesai.
Ahad esok
Insya Allah Ahad esok saya akan menghadiri kopdarnya di Surabaya dengan beberapa teman sekampus. Semoga dengan kehadiran saya ke sana, saya akan dapatkan banyak hal positif.
Bertemu teman lama, teman maya, dan belajar dari banyak guru-guru hebat. Ilmu yang saya dapat hingga keseruan di sana, Insya Allah akan saya bagi di blog ini.
Akhirnya
Selamat menulis.
Selamat berkarya
Selamat merangkai kata.
Teruslah menikmatinya, jangan pernah berhenti! Jangan pedulikan apa kata orang! Hiraukan masukkan yang membangunmu, dan buang masukkan yang menjatuhkanmu!
Sesungguhnya setiap tulisan memiliki takdirnya masing-masing. Kapasitas kita hanyalah berusaha dan berdoa semaksimal mungkin. Untuk urusan hasil, hanyalah Allah yang menentukannya.
Jadi, mari menikmati proses menulis!
Menulis itu bagian dari berbagi dan semua hal yang kita bagikan tak akan sia-sia, Begitu juga tulisan mas Sandi di SURYA selalu bermafaat untuk saya
🙂 Semoga kita tetap semangat menulis ya mbak