Untuk ibu, bapak-masyarakat,
Jika kami mampu menjelaskan dengan lugas tentang diri kami
Kami tidak memiliki kekurangan
Kami sempurna, seperti manusia pada umumnya
Karena kita dari Tuhan yang sama
Jangan jauhi kami! Jangan asingkan kami!
Beri kami tempat untuk berkarya dan berkontribusi bagi ibu pertiwi
Kami hanya butuhkan satu, yaitu kasih sayangmu
Maka kami akan mengguncang dunia
Kontemplasi saya saat melihat adik-adik difabel, di Car Free Day, Malang Jl. Ijen dalam memperingati Hari Disabilitas Internasional tiap 3 Desember.
Acara ini diikuti lebih dari 100 peserta dengan berbagi latar belakang termasuk para difabel.
Serta didukung oleh berbagai organisasi dalam negeri-internasional.
*****
Bagaimana kondisi keluarga-saudara Anda? Maaf, apakah ada yang berkebutuhan khusus? Jika tidak bersyukurlah.
Kemudian, maaf, jika keluarga Anda ada yang berkebutuhan khusus bersyukurlah juga. Sebab banyak diluar sana orang yang dia tidak punya anak, dan sangat menginginkan kehadiran sang buah hati.
Ada juga saudara-saudara kita di tempat lain, harus kehilangan anak karena terjadi peperangan di negaranya.
Tuhan tidak akan pernah salah menciptakan segala sesuatu. Pasti segala hal yang diciptakan Tuhan sempurna dan memiliki hikmah.
Sayangnya, hingga hari ini masih terjadi ketimpangan hak dan kesejahteraan bagi mereka yang berkebutuhan khusus (difabel).
Apalagi stigma masyarakat Indonesia yang masih menganggap sebelah mata kaum difabel.
Seperti, mereka terpinggirkan, kehadirannya kurang diakui masyarakat, dan hak-hak serta kesejahteraan kurang diperhatikan. Padahal mereka ini sama dengan kita. Bagian dari keberagaman manusia, yang sama-sama punya hak.
Melihat tentang isu-isu disabilitas dan stigma masyarakat, maka Kojigema Institute menghadirkan Dance4Visability, dengan tema Menari Bersama Melawan Stigma.
Acara yang masuk dalam satu rangkaian Visability Project.
Kesan luar biasa, yang getarkan hati
Saya dapat info terkait acara ini, Jumat, dari Nana PR Kojigema Institute. Setelah saya baca, saya ingin sekali hadir dan menuliskan kisahnya diblog.
Bagi saya kegiatan seperti ini, selain perlu untuk diketahui oleh banyak orang. Juga memberi hikmah yang besar bagi si penulis sendiri.
Saya tertarik sekali melihatnya, saat di poster mereka menunjukkan seorang anak lelaki sedang berdiri dengan satu kakinya, dan dia sedang dalam posisi menari.
Setelah saya tanya pada Nana, ternyata itu namanya Arif, beliau nanti akan menari break dance.
Minggunya, saya berangkat pagi menuju CFD. Setelah itu saya langsung menuju ke stan Konjigema Institute, alhamdulillah ternyata acara belum dimulai.
“Ayo mas, liput kegiatanku ya, ini kita mau flashmob (menari bersama) di panggung,” ucap Aziz teman yang saya kenal lewat Indonesia Medika.
Ternyata di kegiatan ini dia menjadi manajer projeknya.
Musik instrumental yang memberi semangat diputar, hati saya langsung bergetar.
Kemudian Mas Arif Setyo Budi masuk, dengan satu kaki—sisi lainnya dengan alat bantu. Beliau break dance, saya langsung mengabadikan beberapa foto, supaya tidak tertinggal momen-momennya.
Penonton melihat dengan antusias dan penghayatan, begitupun dengan saya.
Saya langsung menuliskan perasaan saya dalam kertas, supaya terekam suasana yang terjadi dengan maksimal.
Hati bergetar dan ingin menitikan air mata ketika melihatnya.
Mas Arif dengan satu kaki menari dengan percaya diri dan keyakinan yang kuat.
Ego, kurang percaya diri, hingga kurang bersyukur langsung runtuh.
Sesungguhnya banyak sekali pelajaran di sekitar kita.
Melihat kejadian kemarin secara langsung membuat saya mempunyai energi baru. Bagaimana seharusnya tiap hari saya harus bersyukur, percaya diri, dan terus berkarya tanpa henti.
Kisah Mas Arif Setyo Budi, penari break dance dengan satu kaki pertama di Indonesia
Nana, PR Kojigema Institute dalam pres release-nya bilang, bahwa Arif Setyo Budi merupakan penari break dance dengan satu kaki pertama di Indonesia.
Setelah acara flashmob selesai, saya langsung menemui Mas Arif di stan Kojigema.
“Mas, maaf, mas seperti ini sejak lahir atau seperti apa?” Tanya saya pada beliau. “Enggak mas, saya kecelakaan kerja.”
Terus gitu gimana perasaan mas saat menyadari kaki satunya mas gak ada? “Saat terjadi kecelakaan, terus teman saya menggendong saya. Dalam hati saya sudah menyakinkan diri, bahwa ini adalah yang terbaik dari Allah. Sehingga saya tetap percaya diri dan berkarya.”
Hem, kalimat yang luar biasa. Bagaimana keyakinan kepada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu mampu membuat seseorang yang seolah-olah tidak sempurna, memiliki motivasi dan daya juang yang luar biasa.
Saya pun kembali berkaca pada diri sendiri. Sudahkah saya yakin dan percaya diri atas segala hal yang saya miliki? Sudahkah saya terus berkarya?
Mas Arif ternyata sudah menggeluti break dance sejak 2005, namun saat terjadi kecelakaan kerja, beliau bangkit dan mencoba lagi 2008.
Menari bersama melawan stigma
Kemarin setelah Mas Arif break dance, dilanjutkan dengan menari bersama. Orang-orang yang di CFD melebur bersama mereka yang difabel.
Saya lihat mereka tidak ada kecanggungan/merasa jijik saat dekat dengan mereka yang difabel.
Memang menari adalah salah satu cara yang pas, untuk mengenalkan dan menunjukkan kepada semua orang tentang kehadiran mereka.
Tuhan menciptakan manusia dengan keberagaman, dan setiap ciptaan memiliki keistimewaan masing-masing.
Bisa dibayangkan yang terjadi jika kita (manusia) sama semua, tidak ada perbedaan? Maka mari bersyukur dan buang stigma tentang mereka.
Mereka yang berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama seperti yang lain. Mereka ingin dihargai, kehadirannya dianggap, butuh ruang ekspresi diri, dsb.
Bukan sekadar flashmob
Di CFD kemarin acaranya bukan sekadar flashmob, ada donor darah, photo booth, dan konseling tentang disabilitas oleh guru SMALB YP2.
“Acara ini bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa 3 Desember Hari Difabel Internasional dan diharapkan masyarakat bisa ikut serta memperjuangkan hak-hak difabel dengan berbagai cara,” harap Aziz Manajer Visability Project.
Semoga acara seperti ini, diadakan secara rutin. Sehingga masyarakat akan semakin tahu-paham tentang disabilitas. Jangka panjangnya, masyarakat melebur dengan difabel, untuk saling berkarya dan berkontribusi untuk negeri.
Terpenting lagi hak-hak mereka juga terpenuhi baik secara batin maupun fisik.
Hikmah yang saya dapat
Berikut beberapa hikmah yang saya dapat saat menghadiri acara kemarin. Semoga juga menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Pertama terus berkarya
Salah satu contohnya Mas Arif, beliau dengan keadaannya seperti itu, terus berkarya tanpa henti.
Keadaannya tidak membuat dirinya berdiam diri hingga melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya.
Maka bagi kita yang anggota tubuhnya lengkap. Harus lebih baik dan konsisten berkarya. Berkarya bukan untuk menyombongkan diri.
Namun untuk berbagi inspirasi hingga manfaat bagi orang lain.
Kedua, bersyukur dan lebih percaya diri
Namanya manusia, apalagi saya, masih perlu banyak belajar untuk bersyukur dan tidak menyombongkan diri.
Salah satu cara yang saya gunakan untuk terus bersyukur dan tidak menyombongkan diri. Saya suka berkumpul dengan beragam orang dan jalan-jalan ke berbagai tempat.
Seperti kemarin, melihat mereka yang berkebutuhan khusus, menjadikan saya untuk tiap saat bersyukur dan tidak boleh menyombongkan diri. Saat kita lengah/sombong, pada saat itulah kehancuran terjadi.
Ketiga, memantapkan diri untuk konsisten berbagi
“Apa yang membuatmu berhasrat untuk berbagi? Kenapa kamu belajar konsisten menulis dan berbagi?” Dua pertanyaan yang biasanya saya tanyakan pada diri sendiri, agar semakin kuat dalam melangkah.
Seperti kegiatan kemarin, saya bisa bertemu orang-orang yang inspiratif. Saya akan tulis dan bagikan ke yang lain.
Saya percaya tidak semua orang tahu. Serta ketika hal tersebut ditulis, iya akan abadi.
Jadi bagi Anda yang saat ini belum menemukan jawaban kenapa harus menulis? Inilah salah satu jawabannya.