Alhamdulillah hari ini, telah memasuki hari kedua Ramadan. Ada hal yang membahagiakan bagi saya. Yaitu adik saya sekarang, jadi seperti ibu. Dia menyiapkan kebutuhan saur dan berbuka untuk saya dan bapak, ketika ibu tidak di rumah.
Tak perhatikan tidak ada beban yang terpancar di wajahnya. Ketika saur, dia bangun pertama kali, kemudian menyiapkan minuman dan menghangatkan makanan untuk kami. Kami dibangunkan, dan dia tidur kembali, karena sedang tak puasa.
Ketika waktu berbuka pun demikian, dia menyiapkan takjil, masakan, dan bersih-bersih rumah. Seperti hari ini, adik saya membuat begedel—olahan yang terbuat dari kentang yang dihaluskan, diberi bumbu dan digoreng, tumis sayur, sambal terong, dan beli takjil di tetangga. Sehingga ketika saya dan bapak pulang dari rutinitas, langsung bisa menyantap sajian yang sudah ada.
Luar biasa pikir saya, Ramadan tahun ini, membuat sosok ke ibuan adik semakin menyeruak. Saya senang melihatnya. Soalnya sebelumnya, saat saya di rumah, kemudian masak dan bersih-bersih. Dia jarang sekali mau memasak.
Pikir saya waktu itu, masak cewek gak mau masak, apa jadinya nanti? Alhamdulillah manis, romantis, hingga kasih di bulan yang penuh berkah, memberikan sosok ke ibuan adik menyeruak.
Dia juga jadi jarang marah. Emosinya lebih terkendali. Sepertinya juga akibat dia masuk ke tahap dewasa/masa kuliah. Saya berharap dan berdoa pada-Nya, semoga sifat dan sikapnya semakin bagus. Tidak mudah marah, tegar, penyanyang, mandiri, cinta pada keluarganya, dan jadi wanita shalehah.
Kemudian hal yang bisa saya lakukan sekarang, terus mendorong, mendampingi, mendukung, dan mendoakan dia. Memberikan apresiasi, hingga banyak diskusi dengan dia, supaya wawasan terbuka. Sebagai salah satu cara, supaya saya lebih dekat dengannya.
Hal yang saya pelajari dalam dua hari di bulan Ramadan tahun ini, salah satunya adalah tentang ketulusan.
Masakan yang dibuat tulus dari hati, akan hasilkan rasa yang bukan hanya nikmat dimulut, tapi rindu di hati.
Saya akan terus belajar dan mengaplikasikan tentang ketulusan dalam berbagai aktivitas. Lewat ketulusan, seseorang akan mampu menerima pesan tersirat yang kita inginkan. Bahkan bisa jadi seseorang tersebut mengingat, dan mengabadikan nama kita dalam sanubarinya.
Terima kasih adik.
Di tulis, di kamar tercinta, Beji, Kota Batu. Pukul 23.24 WIB, bersama musik instrumental Kitaro.
Mantap mas sandi…
Selalu ada hikmah dan quotes di setiap postingan..
Ciri khas blog ini, kayaknya gitu…
Jadi, pelajarannya itu yg penting.
Thank’s ya..
terima kasih mas sudah berkunjung. betul terpenting pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi mas.