Coban Pitu Pujon Malang: Permata yang Tersembunyi — Terhitung, 2013 dan 2014 lalu, saya bersama beberapa teman pergi ke Coban Pitu, Pujon, Malang atau biasa disebut juga dengan Air Terjun Sumber Pitu.
Saya kesana dua kali, dengan tim yang berbeda-beda. Saya merasakan pemandangan dan pengalaman yang luar biasa. Hari ini, saya baru sempat untuk mempublish tulisan ini di blog.
Sebagai kenangan dan kerinduan pada sang alam. 2013 lalu masih alami, entah sekarang. Berikut reportase saya tentang Coban Pitu Pujon Malang, yang saya tulis 2013 lalu.
Air Terjun Tujuh atau masyarakat Pujon Kidul biasa menyebut dengan Coban Pitu. Terletak di Dusun Tulungrejo, Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang, berada di kawasan hutan Perhutani. Kawasan Coban Pitu masih belum dibuka secara umum, karena sampai saat ini masih belum ada pengelolaan dari dinas terkait.
Sehingga yang terjadi, kawasan ini belum dikenal oleh masyarakat luas, hanya dikenal disekitar daerah Pujon dan sekitarnya. Positifnya dengan keadaan seperti ini, medan serta obyek wisata disana masih terjaga dan alami.
Untuk sampai ke wisata Sumber Pitu Malang, seseorang harus menempuh tiga yang cukup berat dengan masing-masing spesifikasi yang berbeda-beda.
Daftar Isi
Pertama adalah track offroad
Pada jalan ini seseorang harus melewati jalan yang berlubang, berbatu, naik, dan turun yang menanjak ± 2,5 km dari Dusun Tulungrejo ditemani dengan pepohonan serta ladang-ladang penduduk.
Track ini, bisa dilewati dengan mobil offroad, sepeda motor, ataupun jalan kaki tergantung dari masing-masing penjelajah.
Untuk yang membawa kendaraan, nanti bisa dititipkan di areal ladang penduduk, karena untuk sampai ke track selanjutnya harus berjalan kaki.
Santai saja, penduduk disana saling menjaga dan menghargai ko. Asalkan kita sendiri juga bisa menghargai serta menghormati penduduk disana.
Kedua adalah track climbing ke Coban Pitu Pujon
Pada medan ini seseorang harus mendaki dengan jarak ± 3 km ke track berikutnya, dengan rute naik turun melewati semak berduri dan rumput ilalang. Di track ini, mata akan dimanjakan dengan pemandangan Gunung Kelet, panorama kota Malang, tebing yang indah serta cukup curam berada disisi kanan kiri serta keanekaragam hayati yang masih terjaga.
Telinga akan dimanjakan oleh merdunya simfoni burung yang bersanding dengan gemericiknya suara air, dan hembusan angin bersama alam.
Kondisi track ini cukup menguras tenaga, karena hampir tidak ada penghalang untuk matahari menyengat tubuh. Sehingga dianjurkan di track ini, menikmati perjalanan dengan santai, menikmati alam sekitar, dan menghemat energi agar kuat sampai ke tempat tujuan.
Ketiga track awas
Di track terakhir ini termasuk penentuan untuk sampai di Coban Pitu.
Beda dengan kedua, kalau yang ketiga ini seseorang harus melewati jalan sempit dengan samping kanannya tebing curam. Kemudian dilanjutkan dengan menembus tebing yang diselimuti oleh tumbuhan yang cukup lebat. Sehingga pada ini pemandu memakai sabit untuk membuka dan membersihkan jalan.
Jarak tempuh sampai ke Coban Pitu ± 2,5 km. Pada track ini harus benar-benar awas, karena disini kondisinya sangat lembab, licin dan jalan menurun. Kemudian banyak juga tanaman berduri, sehingga badan atau anggota tubuh lainnya bisa terluka karenanya.
Tanda bahwa seseorang sudah dekat dengan lokasi Sumber Pitu adalah adanya suara bunyi air yang cukup deras, kondisi udara dingin, lembab, dan tumbuhan disekitar basah. Setelah itu seorang penjelajah akan disambut dengan air terjun yang cukup besar. Saya menyebutnya air terjun selamat datang.
Hawa dingin, air bersih bersuhu es, bunyi gemericik air, dan alam yang hijau tenang serta damai menyambut kedatangan semua penjelajah dari manapun berada.
Untuk menuju ke Coban Pitu, seorang penjelajah tidak bisa langsung menikmatinya, namun harus melewati ujian terakhir yang cukup berat dan menentukan. Ujian itu adalah memanjat tebing, dengan kemiringan ± 45oC kondisi medan ditumbuhi dengan tanaman-tanaman merambat. Jangan berpikiran bisa menggunakan tanaman-tanaman itu!
Memang kalau untuk yang sudah berpengalaman dan kenal dengan Coban Pitu tidak akan masalah seperti pemandu dari karang taruna Dusun Tulungrejo. Namun kalau untuk pemula jangan coba-coba karena bisa berakibat fatal, karena kondisi disana licin, basah, dan tanah gembur.
Sehingga alangkah baiknya menyiapkan tambang panjang untuk melewati tebing ini. Santai saja jangan khawatir, pemandu disana sudah terlatih ko. Cukup ikuti, lihat, dan dengarkan instruksi yang diberikan. Pasti para penjelajah akan selamat dan mendapatkan berbagai hal menakjubkan didalamnya.
Pilih jalan kaki atau pakai sepeda motor? Tentukan sendiri!
Saya pergi ke Sumber Pitu sudah sebanyak dua kali dengan cara yang berbeda-beda: baik waktu, tim pendaki, dan cara menikmatinya. Untuk penjelajahan pertama saya lakukan pada tanggal 23 Maret 2013 dan yang kedua saya lakukan pada tanggal 6 Juli 2014.
Bagaimana perbedaannya, apa keunikan dari masing-masing cara? Serta apa saja tantangan yang akan didapat? Simak ya! Apa yang akan dipilih, sangat menentukan apa yang akan didapatkan.
Penjelajahan pertama timnya, saya dan Akhmad Salim bersama 3 pemandu dari karang taruna Dusun Tulungrejo: Ipin, Supakat dan Siadi berangkat ke Coban Pitu jam 11.00 WIB.
Pada perjalanan ini kami menggunakan sepeda motor, untuk langsung menuju ke track kedua. Seru, asik, dan menguji adrenalin. Sangat disarankan untuk para pecinta offroad.
Sepeda kami titipkan pada salah satu ladang warga di puncak bukit. Kemudian perjalanan kami lanjutkan sampai ke Coban Pitu dan kembali ke track kedua jam 14.30 WIB dan sampai desa jam 15.35 WIB.
Pada perjalanan ini, kami hanya membawa sebotol air, satu kamera digital, dan satu kamera hp kualitas VGA. Saat itu persiapan tidak matang karena kami ada kegiatan beberapa hari di Dusun Tulungrejo ini.
Penjelajahan kedua timnya saya, Wawan Wahyudi, Wawan, Syarip, dan Heri pukul 8.00 WIB berangkat dari Malang ke Dusun Tulungrejo dengan membawa perlengkapan yang cukup lengkap, yaitu 2 kamera DSLR, matras, 2 buah stik, 1 sisir pisang sebagai penyuplai energi, jagung, roti, permen, air putih, dan beberapa nasi bungkus.
Pada perjalanan saya kedua ini, saya dan temen-temen berangkat dari Dusun menuju ke Coban Pitu ditemani dengan dua orang karang taruna sebagai pemandu yaitu Ipin dan Hermanto.
Perjalanan hanya dengan jalan kaki saja. Start kami mulai dari jam 8.45 WIB dan kembali ke Dusun Tulungrejo jam 17.00 WIB. Secara keseluruhan dengan berjalan kaki ini, kami semua merasa sangat capek.
Dua teman saya beberapa kali hampir menyerah di track kedua. “Wah, Sandi medannya berat ya, untung saja gak bawa cewek. Kalau bawa cewek pasti kagak sampai-sampai Coban Pitu nih,” ucap salah satu teman ketika istirahat di track kedua.
Efeknya satu hari berikutnya kaki kami jarem semua. Namun santai, hal ini bisa diatasi dengan pemakaian balsem pada kaki yang jarem.
“Wah San, aku kapok (trauma yang menjadikan seseorang tidak akan mengulangi suatu aktivitas). Nanti kalau disini sudah dibangun fasilitasnya, aku baru kesini lagi,” ucap salah satu teman saat pulang dari Coban Pitu.
Namun dari itu semua, kami mendapatkan banyak hikmah, baik dari ilmu, kedewasaan hidup, kekeluargaan, kerjasama, jalinan silaturrohim yang makin erat, dan sikap saling simpati empati baik pada sesama maupun pada alam. Canda tawa silih berganti keluar tanpa henti sepulang dari sana.
Bahkan salah satu teman saya yang sempat trauma bilang, “San habis lebaran kesana lagi ya.” “Haha… oke mas siap dah,” jawabku dengan senyum merekah.
Secara keseluruhan untuk penjelajahan pertama, saya tidak terlalu kelelahan dalam mencapai obyek wisata ini. Sehingga untuk efek satu hari setelah menjelajah tidak terasa, namun untuk yang kedua terasa. Dalam hal tantangan, taste, dan hal yang didapatkan banyak dari perjalanan kedua (jalan kaki).
Maka dari itu, dari dua ulasan perjalanan yang berbeda ini, para penjelajah bisa menentukan sendiri mana yang akan dipilih.
Apa tujuan, harapan, serta keinginan yang didapat, sangat menentukan pilihan yang akan dipilih! Tidak usah bingung, yang pasti sangat cocok untuk para penjejah yang cinta dan suka akan tantangan, dan hal-hal yang berbau alami. Jangan sia-siakan kesempatan ini!
Selamat berpetulang!
Informasi terbaru masuk ke Coban Pitu Pujon Malang dikenai tiket sebesar Rp 15.000,-
Tulisan ini telah terbit di Koran Radar Malang Jawa Pos edisi Eksotika, 19/8/2013
Mantap sekali tempatnya, jadi pengen pergi ke sana. Good article gan
sip gan, mari ke sini gan gak akan nyesel dah 🙂
Mari mampir ke sini gan. Masih eksotis. Perkembangan terakhir yang saya tahu masuk sini bayar 15rb gan
wah saya orNg malang nya ajah … belum pernah kesitu…..
Ah, saat-saat masih alami ya. Saya ke sana baru-baru ini, sudah dirapikan, dibuatkan undak-undakan tangga dan pembatas, sehingga cukup aman. Ya, walau memang lebih ramai 🙂
hehe iya mas… saya pas ke sini masih alami. Jadi kemarin di anterin si pemandu. Dan mereka bawa parang untuk membersihkan jalan hehe..
Malang banyak banget tempat menarik buat dikunjungi ya, abis baca tulisan mas Sandi tentang Coban Supit Urang, eh sekarang Sumber Pitu Pujo juga gak kalah menarik, keren banget dah malang.
siap-siap ngetrip nih.
hehe iya mbak, tapi sekarang sepertinya sudah tidak sealami dahulu. soalnya sudah dirubah menyesuaikan sama pengunjung. Kalau saya ke sini masih alami
hihi emang banyak banget gan. Semua ada di malang, hehe
air terjunnya sepintas mirip air terjung Benang Kelambu yang ada di Lombok nih 🙂
wah masak mbak? hem… kayak gimana tu mbak? cantik sepertinya
iya mas, tapi tetap cantik hehe