Tepian Sungai Mahakam Tempat Murah, Romantis, dan Favorit di Samarinda —Saya pikir di Samarinda, Kalimantan Timur sulit untuk menemukan tempat romantis yang dekat dengan lokasi saya tinggal di daerah Universitas Mulawarman. Ternyata tidak, saya menemukan tempat itu di Tepian Sungai Mahakam di kala senja menjelang.
Saya ke Samarinda, Kalimantan Timur sejak Kamis (22/10/2015) dan menginap di guest houst sekitar kampus Universitas Mulawarman. Saya ke sini, karena Jumatnya, akan menjadi pemateri Seminar Branding 2015 di Universitas Mulawarman.
Hari Jumatnya, saya tanya ke beberapa panitia Seminar Branding 2015, tentang wisata apa saja yang mudah dan murah untuk dijangkau di Samarinda sini. Mereka pun bingung, ada yang menyebutkan wisata Pampang, kebun raya, dan Masjid Islamic Center Samarinda.
Setelah saya tanya lebih lanjut ke mereka, ternyata wisata di sini kurang terkelola dengan baik. Kalau mau wisata yang menakjubkan, jaraknya cukup jauh dan biayanya lumayan mahal.
Alhasil Sabtunya sambil janjian bertemu dengan teman-teman LPM Sketsa Universitas Mulawarman. Saya diajak mereka untuk melihat-lihat sambil diskusi ke Masjid Islamic Center Samarinda.
Hem ternyata di sini tempatnya menakjubkan dan luar biasa. Saya dihadapkan dengan masjid yang besar dan luas. Kata teman, masjid ini, salah satu terbesar di Asia Tenggara.
Saya pun masuk untuk shalat sambil melihat-lihat. Wouw luar biasa besar, perpustakaannya besar, terus di masjid iini juga ada liftnya. Walau saat saya ke sini lift-nya mati.
Setelah masuk saya mencari tempat duduk yang sejuk dan bisa melihat luas pemandangan sekeliling. Saat dalam perjalanan, saya melihat sepasang kekasih sedang foto, sepertinya untuk keperluan pre wedding.
Ternyata kata temen asal Samarinda, tempat ini biasanya dijadikan lokasi pre wedding juga.
Masjid ini memiliki menara yang tinggi dan kita bisa naik ke sana. Saya kemarin naik ke sana dengan membayar seingat saya Rp 25.000,-.
Di menara saya bisa melihat panorama sungai Mahakam, terus wajah Samarinda, dengan perbukitan indah dan jalannya yang tidak semacet Malang.
Pemandangannya luar biasa, sayang saat itu kamera yang saya bawa hasil fotonya kurang memuaskan. Setelah puas berfoto-foto saya turun kembali dan cerita-cerita dengan teman-teman LPM Sketsa.
Sekitar pukul 16.30-an WITA, saya diajak oleh teman-teman untuk merasakan soto banjar. Saya sangat antusias untuk merasakannya, karena saya juga penggemar soto.
Namun dalam perjalanan saya yang berboncengan dengan adik ponakan ketinggalan mereka. Alhasil saya memutuskan untuk pulang.
“Pulang aja dik gak papa, kita sudah ketinggalan mereka. Nanti mas SMS mereka kasih tau dan minta maaf.”
Saat dalam perjalanan, adik saya bilang, “Mas apa ke sini saja bersantai di tepian? Boleh dik, ayuk sambil cari-cari jagung bakar mantap sepertinya.”
Akhirnya kami pun menepi dan mencari tempat yang dekat dengan penjual jagung bakar.
Tepian Sungai Mahakam yang romantis
Masyarakat Samarinda menyebut ini tepian, karena lokasinya berbatasan langsung dengan Sungai Mahakam. Maka saya pun menyebutnya supaya lebih spesifik, Tepian Sungai Mahakam.
Kami memilih tempat yang dekat dengan penjual jagung bakar. Kami memesan dua jagung bakar serta teh hangat. Setelah itu adik saya yang bernama Fuad duduk, sedangkan saya berkeliling untuk melihat dan memotret.
Di sisi barat, saya melihat dua orang yang asyik bermain perahu boat. Kemudian melihat keluarga yang asyik menikmati suasana yang ada.
Mereka saya lihat juga memesan jagung bakar, terus minuman hangat serta makanan ringan lainnya.
Sang ibu dan ayah sedang asyik bermain dengan anaknya, sambil mengabadikan momen. Saya pun juga ikut mengabadikan mereka.
Memang, kebahagiaan itu tidak mengenal tempat. Di mana dan kapan saja, kebahagiaan itu selalu ada. Tinggal kita mau untuk menghadirkan kebahagiaan itu atau tidak.
Melihat mereka yang sedang asyik, memori saya langsung teringat dengan romantisme antara saya dengan kedua orang tua serta adik. Walau saya dan keluarga makan dengan sederhana, tapi itu sudah nikmat dan membahagiakan. Alhamdulillah.
Lewat momen kecil seperti ini, menjadi pembelajaran buat saya untuk lebih bersyukur atas apa yang saya dapatkan sekarang.
Kondisi di tepian, agak kurang bersih. Namun tetap enak untuk digunakan bersantai, menikmati senja dan malam.
Di kala senja, saya kemarin bisa melihat kapal besar sedang mengangkut batu bara. Kemudian di sisi barat, saya bisa mendapatkan pemandangan indah, yaitu pegunungan, matahari yang akan kembali ke peraduannya, serta Masjid Islamic Center Samarinda.
Saat saya foto, formasinya begitu indah dan menyejukkan. Alhasil saya dan adik pun bergantian mengabadikan momen ini.
Ternyata bukan kami saja yang menikmatinya, orang lain pun juga menikmatinya. Ada sepasang kekasih, dengan teman, dan keluarga.
Senja itu di mana pun indah, namun yang membedakan bersama siapa kita saat menikmatinya. Serta apakah kita bersyukur melihatnya.
Sungguh romantis memang, menikmati senja bersama orang-orang terkasih. Merekatkan diri dengan alam dan orang-orang terkasih.
Saya sangat menyukai momen di kala senja.
Tepian Sungai Mahakam, tempat melepas penat
Di suatu kota, pasti ada tempat favorit untuk melepas penat setelah seharian bekerja. Baik itu di alun-alunnya, kafe, hingga tempat sederhana dengan pemandangan yang menakjubkan.
Seperti Tepian Sungai Mahakam, tempat yang sederhana namun menyajikan pemandangan yang romantis.
Saat di sini, saya berkesempatan tanya-tanya dengan Ibu Joko. Seorang pedagang makanan ringan, minuman, dan jagung bakar di daerah Tepian Sungai Mahakam.
Beliau orang Jawa yang kemudian menetap di Samarinda. Saya tahu karena beliau mengerti dan bisa bahasa Jawa.
Kata beliau, tepian buka mulai dari jam lima sore, sampai pagi. Ramainya dari pukul 20.00 atau 21.00 WITA.
“Kalau ramai tempat ini sampai pul (penuh) mas, sampai-sampai gak ada tempat duduknya. Ramainya Sabtu-Minggu mas,” kisahnya.
Penikmat Tepian Sungai Mahakam kebanyakan muda-mudi dari berbagai status. Namun ada juga bapak dan ibu-ibu yang menikmati bersama keluarganya.
Saya melihat dari raut wajah mereka, tampak senang dan bahagia, melepas penat bersama orang-orang terkasih di Tepian Sungai Mahakam.
Saya pun sangat menikmati dengan tambahan sajian jagung bakar, teh hangat, dan bersama adik ponakan yang lama tak berjumpa.
Banyak makanan dan minuman, tapi yang cocok tentu jagung bakarnya
Makanan dan minuman yang disajikan di sini beragam.
Tapi yang cocok dan sesuai dengan kondisi lingkungan semacam ini menurut saya adalah jagung bakar dan minuman hangat.
Makanan yang sederhana, namun sensasinya sungguh luar biasa.
Seporsi jagung bakar mampu menghangatkan dan mengakrabkan suasana. Menunjukkan kesederhanaan dan membuat hati bahagia.
Tiap gigitannya, menyadarkan diri untuk terus bersyukur atas apa yang telah didapatkan. Ah jagung bakar, selalu menjadi favorit saya di mana pun berada.
Di sini, varian rasa ada bermacam-macam, ada yang pakai mentega, pedas, dan lainnya.
Kemarin kami pesan yang mentega, tanpa diserut. Jadi langsung kami gigit dari tongkolnya.
“Saya paling suka yang makan langsung/tanpa diserut mas. Sensasi kenikmatannya lebih. Terus saya juga suka dengan Tepian Sungai Mahakam, lokasinya nyaman, sejuk, hawanya itu tentram,” papar Fuad dengan senyum khasnya.
Kalau kamu ke sini, atau suka dengan jagung bakar, cobalah untuk makan langsung/tanpa diserut. Kamu pasti merasakan sensasi luar biasa, yang itu menambah kenikmatan kamu menikmati Kota Samarinda.
Hem, saya sangat menikmati Tepian Sungai Mahakam, bersyukur sebelum kembali ke Malang, Jawa Timur. Saya menemukan dan bisa merasakan tempat yang romantis di sekitar Universitas Mulawarman.
Tempatnya sederhana, dekat, dan biayanya juga murah. Masuk gratis, namun makanan dan minumannya bayar :).
Di sini, bagi saya tempat yang cocok juga untuk mencari inspirasi sambil mencari obyek foto. Cocok banget bagi pekerja, pencari inspirasi, fotografer, dan mereka yang ingin melepas lelah.
Sebelum pulang ke rumah, saya membayar dua porsi jagung bakar dan teh hangat. Satu jagung bakar dihargai 10 ribu, sedangkan teh hangat 5 ribu.
Momen yang tak terlupakan, di Tepian Sungai Mahakam, harapan dan impian terpatri kuat dalam diri. Indonesia memang indah, dan kita wajib untuk menjaga dan mengabadikannya.
Semoga esok, saya bisa menginjakkan kaki di sini dan menyusuri tempat menakjubkan lainnya.
Njagung bakar asik nih, tapi ati-ati nyangkut digigi. hehehe
hehe iya gan, harus hati-hati biar gak keselip si jagung. tapi itu salah satu sensasi asyiknya
Pemandangan dari menara masjid itu oke punya ya. Bagus.
Iya mas. Sayang kamera kurang ok dan foto dari kamera hilang bene. Jadinya tinggal pemandangan dari alun2
Hai mas sandy, kebetulan saya warga Surabaya yg mencari nafkah di kaltim, tepian itu tmpt maen saya loh.. hihihi..
Salam kenal mas sandy.. 😀
Wouw, salam kenal mas. Tempat yang indah dan cocok buat hunting dan santai
senjanya..keliatan..romantis….fotonya…bagus..
Hihi makasih mas. Senja memang selalu indah dan menawan. Lebih indah lagi, jika kita nikmati bersama orang2 terkasih. Apalagi kalau sambil bakar jagung. Hem tambah mantap dah
Keren Mas tulisannya, saya bisa merasa suasana senja yang tenang, ketika saya diam di pesisir dengan menyaksikan langit yang makin lama makin gelap, desir yang makin lama makin dingin dan makanan hangat yang makin lama makin endes :hehe. Saya bersyukur sudah pernah mengalaminya juga, meski tidak di Samarinda :hehe. Keren!
Makasih mbak. Pas pakai kamera adik, alhamdulillah senjanya bagus
Huh, bikin mupeng aja. Liat aja someday aku ke sana! Cantik pemandangannya… Samarinda is beautiful 😀
Di kalimantan kayaknya suasana tepian sungai hampir sama kayak suasana pantai klo di jawa ya 😀
Hehe, iya mbak ada satu sisi yang menakjubkan. Tapi mbak yang di jogja harus bersyukur sebab banyak pilihan wisata
Hihi iya, kalau di Jawa sungai itu kecil. Di Samarinda, dia besar
Fotonya cantik sekali
Saya selalu menyukai senja
saya pun juga suka dengan senja bu. Begitu indah dan romantis
mari menjelajah 🙂
Haha iya doang. Soalnya yang tahu jalan hehe
Hehe iya, kalau sore cocok romantis. Apalagi bawa kamera. Mantap dah
Cakep bener ya sungai mahakam kalau sore hari. Pas buat nongkrong sama pasangan nih, romantis 😀
Hehe iya mbak, kalau di jawa sungai itu kecil. Di sini besar hehe
sukanya sama Kalimantan itu karena sungainya besa-besar, berasa kaya di tepian laut aja jadinya
Sama2 mas. Semoga bermanfaat. Kalau kata temen2 di Samarinda kemarin dan saya jelajahi sama adik. Di Samarinda sebenarnya banyak wisata yang bisa diekspos. Sayang gak terkelola dengan baik. Kalau mas ke sini, bisa ke sini, terus ke Islamic Center Samarinda, sama Desa Pampang mas.
Sama kak, penggemar soto,,,, duh, keinget soto banjar langsung laper kak,,, Setuju pemandangannya memang cantik. Nongkrong di pinggir sungai sambil makan jagung bakar,,, enaknya nggak kebayang
hihi, sama dong mbak. saya juga suka soto, terus senja dan jagung bakar, hehe