Teguh Sudarisman: 2 Hal yang Harus Dimiliki Seorang Travel Writer

Sandi Iswahyudi

travel writer sandi iswahyudi
Foto bersama peserta workshop di lokasi Habitat Hyarta

Teguh Sudarisman: 2 Hal yang Harus Dimiliki Seorang Travel Writer — “Mind set saya, bagaimana walaupun tidak ada uang, tetap bisa traveling, dan kalau bisa dapat uang dari situ,” ucap Pak Teguh Sudarisman dalam workshop-nya dengan tema Make Money From Travel Writer and Blogging di Habitat Hyarta, Yogyakarta, Minggu (20/12).

Prinsip di atas membuat beliau bisa traveling gratis Indonesia-mancanegara, bahkan mendapatkan uang dari situ. Kemarin beliau memberikan banyak sekali contoh tentang profesi travel writer.

Salah satu contohnya, saat beliau menginap di resort mewah di Pulau Moyo, yang pernah dikunjungi oleh Lady Diana. Beliau tidak membayar sepeser pun.

Padahal jika orang biasa menginap minimal harus mengeluarkan biaya $1.650. Kalau saya kurskan dengan per $ Rp 14.000,- maka per malam 23.100.000.

Uang yang lumayan bukan? Kalau saya sebagai orang biasa, pasti akan pikir berkali-kali sebelum menginap di sini. Tapi kalau sebagai travel writer, saya pasti mau menginap di sini berhari-hari, hehe.

Setelah mendengar penjelasan seperti itu. Maka saya ubah pemahaman, bahwa dengan menjadi travel writer, saya bisa keliling Indonesia-mancanegara.

Bagi orang seperti saya, mimpi keliling dunia hal yang gak masuk akal. Tapi setelah bertemu hingga berbincang-bincang langsung dengan Pak Teguh saya jadi yakin.

Kalau menulis adalah salah satu alat untuk percepatan mimpi.

Apakah ada di antara kamu memiliki mimpi sama seperti saya? Jika ada, jalan sebagai travel writer, salah satu cara untuk meraihnya.

Menariknya lagi, menurut beliau, kesempatan dan peluang menjadi travel writer terbuka lebar. “Yang jelas profesi menjadi travel writer masih sedikit di Indonesia,” tuturnya.

Makanya kemarin, perjalanan saya dari Malang-Solo-Yogya tidaklah sia-sia untuk mengikuti workshop beliau. Apalagi dari Minggu-Selasa, saya mendapatkan kesempatan belajar langsung dan satu vila sama beliau.

Oya sebelum saya membahas bagaimana langkah-langkah menjadi travel writer, ternyata ada lo perbedaan antara travel writer dan travel blogger.

Perbedaan travel writer dan travel blogger

Kalau travel blogger, dia jalan-jalan hanya untuk menulis untuk blognya. Sedangkan travel writer dia jalan-jalan dengan sebuah misi. Yaitu misi menemukan, menggali lebih jauh, belajar, berbagi info, mempromosikan, hingga menginspirasi.

Seperti Pak Teguh, beliau mengirim tulisan perjalanannya ke media cetak baru dipublikasi ke blognya, yaitu TGIFmag.com. Blog tersebut dijadikan sebagai portofolio diri.

Terus, Pak Teguh ketika menjadi travel writer mendapatkan beragam manfaat. Yaitu, banyak traveling—kebanyakan gratis, melihat tempat-tempat eksotis dan tersembunyi, belajar banyak hal menyenangkan, bertemu teman baru, menikmati perjalanan mewah, mendapatkan fasilitas mewah-khusus, dan jadi terkenalkalau menulis buku dan best seller.

Hem, kamu tertarik manfaat yang mana? Saya ingin dapakan semuanya, hehe.

Langkah-langkah menjadi travel writer

Pertama mulailah traveling. Berlatihlah menjadi solo travel

Saya sendiri juga suka solo travel. Soalnya kalau sendiri saya bisa puas mengeksplorasi suatu objek, tanpa harus bingung dengan rekan yang bosan. Kalau misal rekan perjalanan saya juga suka menulis, itu sih tidak masalah, malah tambah asyik.

Terus kalau ramai-ramai juga kadang bingung/butuh waktu lebih lama untuk menentukan tujuan.

Kedua, berlatih memotret dan wawancara

Kemampuan memotret dan wawancara sangat penting untuk dimiliki. Apalagi dalam tulisan perjalanan, hasil foto sangat menentukan, apakah tulisan ini layak terbit atau tidak.

Terus gunakan kamera yang sekarang kita punya. Seperti saya yang punya kamera smartphone, ya sudah itu yang saya gunakan. Namun jika sudah ada rezeki, saya akan beli kamera DSLR/mirroless.

Terus kemampuan wawancara juga penting untuk dimiliki. Soalnya bagi orang pendiam seperti saya, cukup sulit. Tapi kalau sudah terbiasa enak. Walau tak jarang, beberapa kali saya wawancara orang gagal, sebab narasumber gak nyaman, dsb.

Kalau model wawancara bisa ditulis langsung/direkam. Kalau saya ambil jalan tengahnya, ditulis dan direkam.

Kalau ditulis, saya bisa menangkap hal-hal yang penting.

Ketiga, mulai bikin catatan kecil, posting di FB dan blog

Menulis itu butuh pembiasaan. Artinya kita harus membiasakan diri menulis tiap harinya, agar terbiasa dan tidak terpaksa.

Baik menulis di buku catatan, posting langsung di facebook dan blog. Enaknya di facebook, kita akan mendapatkan respon secara langsung dari teman. Sedangkan blog tidak semudah mendapatkan respon seperti di facebook.

Keempat, kirim ke media cetak

Jika sudah punya mental kuat sebaiknya kirim ke media cetak. Tulisan yang nanti terbit di media cetak akan menjadi peningkatan branding kita. Triknya, kamu harus tahu karakter tulisan yang ada di media cetak tersebut. Baca dan pahami, tulisan kamu pasti akan lebih cepat diterima, daripada mereka yang belum memahami karakter tulisan.

Kelima, buat portofolio diri

Setelah tulisan terbit di salah satu media. Terus konsisten kirim tulisan ke media tersebut dan media lainnya. Kemudian buat portofolio diri.

Keenam kembangkan kemampuan korespondensi

Kembangkan kemampuan melakukan kerja sama dengan hotel, resort-pihak penyedia jasa travel. Kemampuan ini nantinya, yang membawa kita bisa keliling dunia.

Ketujuh jadi kontributor tetap, staf media travel-pembicara

Langkah terakhir, jadilah kontributor tetap, staf media travel, hingga pembicara.

Lewat portofolio yang telah kamu bangun sejak awal. Kamu akan berpeluang besar mendapatkan ketiga posisi di atas.

Dari semua langkah di atas, terpenting komitmen, konsistensi, dan fokus atas apa yang ingin diraih. Kalau tidak, pasti sulit untuk mencapai posisi seperti Pak Teguh.

Setelah kita tahu bagaimana langkah-langkah menjadi travel writer, pertanyaan selanjutnya. Dari segi kepenulisan dan foto, kita lebih jago yang mana.

Keterampilan menulis dan memotret harus dimiliki keduanya.

Seorang travel writer menurut Pak Teguh, harus bisa kedua-duanya, menulis dan memotret.

“Hanya artikel yang foto-fotonya bagus, yang bisa dimuat di majalah travel,” tegas Pak Teguh dalam slide-nya.

Memotret awalnya mudah, tinggal cekrek. Tapi mesti belajar terus-menerus karena lingkupnya luas.

Menurut beliau yang diperlukan untuk menulis artikel perjalanan adalah, smartphone dengan catatan, kamera bagus, aplikasi foto, dan tripod. Terus kamera poket, kamera DSLR/mirroless dan tripod, serta alat perekam suara.

Namun semua kembali pada kamera yang ada sekarang. Jangan sampai fokus pada kamera, hingga kita tidak segera aksi.

Saya sendiri saat ini masih memiliki kamera smartphone dan tripod. Saya sudah mulai beraksi menjadi travel writer sambil terus tingkatkan keilmuan.

Kalau kamera yang lebih bagus, nanti beli kalau ada rezeki, hehe.

Selanjutnya, setidaknya ada empat aspek penting untuk memotret yang harus kita miliki.

  1. Imajinasi, daya khayal untuk bisa melihat komposisi yang bagus.
  2. Kreativitas dalam cara/angle
  3. Skill dan pengetahuan mengenal teknik fotografi
  4. Alat untuk memotret.

Sebagai bahan referensi, kamu bisa juga lihat hasil foto dari Pak Teguh di akun facebook atau instagram beliau yaitu, @TeguhSudarisman dan @TGIFmag.

Terakhir pesan dari beliau, “Mempelajari kamera sehari selesai. Belajar memotret dilakukan terus menerus.”

Artinya, jangan pernah puas, kita harus terus belajar baik dari segi tulisan dan memotret.

Jadi, kapan kamu langsung beraksi menulis artikel perjalanan kamu sendiri?

Kalau saya sekarang sudah ada beberapa tulisan yang siap publikasi. Sekarang masih menunggu blog khusus traveling saya yang lagi diperbaiki.

Saya tunggu kisah-kisah kamu, menjadi travel writer.

Baca juga:

Sandi Iswahyudi

Senang menulis sisi positif kehidupan dan berbagi catatan digital marketing. Memiliki usaha salah satunya jual Alquran grosir

6 pemikiran pada “Teguh Sudarisman: 2 Hal yang Harus Dimiliki Seorang Travel Writer”

  1. Terima kasih infonya mas, saya tertarik untuk jadi ini. Supaya bisa jalan-jalan gratis gitu hehe

  2. eh, iya kok ngga ada yak komennya?
    kmrn saya komen di sini sih, nanya seputar penawaran kerjasama dengan hotel2 atau tempat wisata. Ternyata harus proaktif juga yak? Bukan hanya nunggu ada event or undangan. Thanks infonya.

  3. Iya mbak harus proaktif. Jadi kita yang ambil kail gitu, hehe. Yuk dicoba mbak. Makasih kembali

  4. Aku masih itungan newbie mas, masih perlu banyak belajar cara menulis kisah perjalanan. Awalnya siy dari kesenangan memotret, lalu coba2 nulis di blog pribadi cerita perjalanannya. Tipsnya bagus banget nih, supaya bisa jadi penulis cerita perjalanan yang baik :).

Komentar ditutup.

Open chat
Halo

Ada yang bisa dibantu?