Ternyata, kata yang terucap beberapa tahun lalu yang ditulis dilembaran kertas menjadi sebuah daftar mimpi.
Tidak sia-sia, apabila diyakini pada Allah dan diri terus bergerak.
Maasyaa Allah, jelas ini tak akan terjadi bila, diri tak berani bermimpi.
Jelas makna dalam QS. Ar-Rad ayat 11. Bahwa apabila ingin menjadi lebih baik dengan izin Allah, syaratnya satu, harus bergerak.
Langkah sederhananya, berani bermimpi.
Jika diri tak berani bermimpi, bagaimana Allah akan mengubah diri kita, iyakan?
Alhamdulillah makasih ya Rabb atas rahmatMu sehingga diri ini engkau gerakkan untuk bermimpi dan bergerak.
Mimpi belajar di Daarut Tauhiid
Secara rinci kalimat mimpinya saya lupa, dan kertas berisi daftar mimpi juga saya tak simpan ?
Tapi saya masih ingat intinya, saya ingin jadi bagian/satu tim dengan AaGym dan Ust. Yusuf Mansur.
Alhamdulillah, qadarullah, lewat ikut Rona Nusantara 7 yang diadakan oleh Rumah Zakat, saya kenal dengan teman-teman Bandung.
Melalui jaringan pertemanan ini, saya dapatkan info pelatihan menarik selama 3 bulan yang diadakan oleh Daarut Tauhiid di Bandung bernama SSG (Santri Siap Guna).
Teman saya memberi infonya di grup Rona Nusantara 7.
Tak buang-buang waktu, saya baca infonya, cek website, tanya temen, dan cek di youtube. Terus saya timbang-timbang dengan kondisi saat ini.
Hasilnya, saya harus ikut pelatihan ini. Salah satu poin yang membuat saya tertarik adalah di sini santri diajarkan untuk semakin yakin sama Allah dan dibiasakan dzikir.
Apalagi ini juga kesempatan saya bisa belajar langsung dari AaGym.
Walau masih belum bisa mondok di sana dalam waktu lama.
Tapi tak masalah, alhamdulillah Allah masih kasih kesempatan untuk merasakan suasana jadi santri di Daarut Tauhiid.
Sandal yang tertata rapi
Kesan yang saya ingat saat di Masjid Daarut Tauhiid adalah sandal yang tertata rapi dan materi tentang Tauhid yang disampaikan oleh AaGym langsung.
Materi yang saat ini, sangat penting dijadikan bekal untuk mengarungi kehidupan.
Tubuh dan alam ini yang ciptakan Allah. Esok kita semua akan kembali padaNya. Sangat aneh, jika nafas masih ada, diri ini tak manfaatkan untuk mengenal Dzat Yang Esa.
Iyakan?
Daripada menyesal tak ada habisnya esok, mending memanfaatkan kesempatan yang ada unfuk mendekat padaNya.
Jarak yang jauh
Jika dipikir-pikir jarak yang saya tempuh cukup jauh. Saya berangkat dari Kota Batu, Jatim pukul 4.30an WIB menuju Stasiun Gubeng, Surabaya.
Saya naik dari Surabaya, sebab harga tiketnya lebih terjangkau daripada Malang.
Kalau dari Malang harga tiketnya Rp 250.000an. Sedangkan dari Surabaya Rp 94.000an.
Cukup berbeda jauh bukan? Hehe… Perjalanan Surabaya-Bandung 15jaman.
Waktu yang gak sebentar untuk duduk, tidur dan beraktivitas lainnya di kereta api.
Alhamdulillah, perjalanan panjang terbayar dengan pemandangan yang indah.
Jika dipikir-pikir, jarak yang saya tempuh jauh juga. Waktu, tenaga, dan materi yang saya keluarkan juga tidak sedikit.
Tapi saya berpikir, Insyaa Allah ini kesempatan baik bagi saya. Saya tak boleh menyia-nyiakan. Masalah materi dll, saya serahkan pada Allah.
Saya yakin, jika kita melakukan sesuatu karenaNya, Allah akan permudah jalan itu.
Saat kemarin izin ke orang tua, mereka juga menanyakan tentang keuangan saya.
Saya jawab, Insyaa Allah, Allah permudah jalannya.
Alhamdulillah orang tua pun ridho saya menuntut ilmu.
Motivasi lain melakukan perjalanan ini adalah, ketika mendengar ceramah, kalau ulama’ zaman dahulu mereka melakukan perjalanan jauh bahkan sampai satu bulan lamanya untuk sebuah ilmu.
Mendengar seperti ini, motivasi saya naik.
“Insyaa Allah, Allah akan permudah saya menuntut ilmu di DT,” kata saya memotivasi diri sendiri.
Kenapa dan harapan
Seseorang akan tetap bertahan dan konsisten melakukan sesuatu, syaratnya satu, ia harus mampu menjawab pertanyaan, “Kenapa…”
Ketika seseorang mampu menjawab dengan baik, bukan sekadar urusan dunia, maka komitmen dan fokus akan kuat.
Energi untuk tetap bertahan di jalur yang telah dipilih juga akan besar. Tak mudah goyah.
Sebagaimana pohon, tetap bertahan dari terpaan angin. Sebab sang pohon tahu alasan dirinya hidup adalah untuk Allah.
Sebelum berangkat, saya pun juga sudah menulis jawaban dari pertanyaan, “Kenapa saya mengikuti program DT ini?”
Alasan ini saya simpan, sebagai pengingat apabila di tengah jalan nanti motivasi kendor.
Insyaa Allah ini cara ampuh untuk komitmen, selain tentu memohon padaNya untuk dimudahkan dan diberkahi dalam menuntut ilmu.
Salah satu harapan saya tentu, bisa menyelesaikan jalan yang sudah saya pilih dan lebih yakin lagi sama Allah.
Sesungguhnya perjalanan ini akan jadi sia-sia apabila diri lalai dan tak menjaga niat.
Semoga saya dan semua peserta SSG 35 diberkahi oleh Allah dalam segala hal.
Serta semua yang terlibat di SSG mendapat rahmat, hidayah, dan ke istiqomahan di jalanNya. Aamiin
Saya Sandi Iswahyudi, bismillah, Insyaa Allah berkomitmen untuk menyelesaikan pelatihan SSG 35 dengan baik. Semoga Allah mudahkan dan berkahi.
Ditulis di Kereta Api Pasundan pada pukul 8-9 malam.
Insyaa Allah secara berkala saya akan abadikan pengalaman saya mengikuti SSG 35 DT di blog dan IG dengan hastag #35Jalan. Semoga bermanfaat bagi saya dan pembaca. Serta jalan turunnya rahmat dan hidayahNya. Aamiin
Wah Mas Sandi ikut SSG kebetulan Saya juga pernah ikut SSG DT, saya alumni SSG angkatan 17 thn 2008 hehehe
alhamdulillah, wah bertemu alumni di dunia maya 🙂
Assalamualaikum SSG 35 🙂